Bayu Pratama

Reporter

Bayu Pratama

Kamis, 11 Juli 2019 - 12:57

HIRUK pikuk pendaftaran siswa tahun ajaran baru dengan sistem zonasi, tak terlihat jejaknya di Sekolah Dasar Negeri 4 Kupang, Dusun Kalialo, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. Sekolah dengan tiga ruangan kelas ini, hanya menerima dua siswa saja, di tahun ini.

SDN 4 Kupang, Jabon dikelilingi tambak dengan sebagian warga sekitar bermatapencaharian sebagai nelayan, petani tambak ataupun pencari rumput laut.

Peta digital Google Maps, menunjukkan lokasi sekolah ini berada di ujung Utara Pulau Jawa, dekat dengan Teluk Permisan dan Laut Jawa.

Akses menuju lokasi pun tak mudah. Aspal terakhir habis di Dusun Permisan, sekitar 10 kilometer dari lokasi.

BACA JUGA: PPDB Pengaruhi Deflasi di Kediri

Selanjutnya, ada jalan lempung setapak, dengan pemandangan tambak di sepanjang jalan. Bila tak terbiasa berkendara di atas tanah labil, ban motor akan sering terpeleset karena licin.

Tiba di lokasi, terlihat pagar kayu SDN 4 Kupang berderet rapi, berwarna putih tulang.

Adalah Winarti, perempuan paruh baya yang menyapa ramah Jatimnet. Ia tinggal tak jauh dari pagar luar sekolah yang berdiri tahun 1987 itu.

Ia mempersilahkan Jatimnet masuk ke dalam halaman sekolah.

Sekolah berdinding kayu

Nampak, halaman yang bersih dengan lantai paving, serta kelas sekolah dengan bangunan memanjang berdinding kayu.

Meskipun catnya tak lagi terang, kesan bersih terlihat pada sekolah ini.

“Libur mas sekolahnya, mau KKN (kuliah kerja nyata) ya?,” tanya Winarti.

Setelah Jatimnet memperkenalkan diri, ia kemudian menuturkan jika tiga anaknya lulusan SDN 4 Kupang.

SEKOLAH. SDN 4 Kupang, Jabon, Sidoarjo berdinding kayu dan hanya memiliki tiga ruang kelas.

Tempat pendidikan yang menurutnya memiliki bentuk bangunan paling buruk, dibandingkan beberapa sekolah lain di Dusun Tanjungsari dan Permisan.

 Soal kondisi fisik sekolah yang buruk, SDN 4 Kupang tak sendiri.

Data neraca pendidikan daerah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut, terdapat 147 sekolah dasar berkategori rusak berat, atau sekitar 2,7% dari total keseluruhan sekolah di Kabupaten Sidoarjo.

Sementara, 31,93% dalam kondisi baik, 59,46% sekolah dalam kondisi rusak ringan, dan 5,82% dalam kondisi rusak sedang.

BACA JUGA: Ini yang Harus Dievaluasi PPDB Sistem Zonasi 

Namun, bagi istri nelayan ini, kondisi fisik sekolah yang ala kadarnya, dirasa tak berdampak pada kualitas lulusan sekolah.

Sebagian besar lulusan SDN Kupang 4 Dusun Kalialo, melanjutkan sekolah ke SMP Negeri terdekat.

Ada tiga SMP Negeri, empat Swasta, serta empat Madrasah Tsanawiyah, di sekitar Kalialo.

Baginya, fasilitas sekolah tak lebih penting dibandingkan motivasi bagi anak nelayan, untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya, terutama dari SMP ke SMA.

BACA JUGA: Keluarkan 52 Suketdom Tak Sesuai KK untuk PPDB, 13 Lurah Dipanggil Dewan

Sebab, ada banyak lulusan SMP yang sudah mulai bekerja, dan enggan melanjutkan sekolah lagi.

“Kalau SD semangat, masuk SMP agak males. Masuk ke SMA semakin menurun semangatnya,” katanya.

Selain itu, pertimbangan kedekatan sekolah dengan tempat tinggal juga turut mempengaruhi keinginan warga untuk menyekolahkan anak mereka.

Sebab, bagi warga, semua sekolah sama.  

BACA JUGA: Kemendikbud Akui Penerapan PPDB Berbasis Zonasi Masih Banyak Masalah

"Sing penting sekolah mas,” lirih ibu tiga anak tersebut.

Ia paham, anaknya bakal mendapat pengetahuan yang diajarkan oleh guru setempat. Winarti pun mengaku kenal dekat dengan guru SDN 4.

“Pak Maksum kepala sekolah, tinggal di sana deket tambak (menunjuk arah dusun lain), onok telu wedok, dua sik perawan, lanang kale.Biyen Pak Imam, sek ndek kene, onok meneh iku sing kate pensiun wis dipindah, sakno mas, ono sing adoh,” jelasnya.

Jalan lempung

 Keresahan Winarti, tak lain sebab infrastruktur jalan di kampungnya yang jauh dari perhatian pemerintah.

Jalan setapak dikelilingi tambak ikan dan kepiting, harus dilalui guru – guru yang mengajar.

Belum lagi ketika musim penghujan tiba, kontur tanah khas daerah pesisir yang tergenang air, membuat motor warga termasuk guru, sering terperosok.

Ia lebih menginginkan akses masuk menuju Dusun Kalialo, tempatnya tinggal mulai diperhatikan.

LEMPUNG. Akses jalan menuju SDN 4 Kupang, Jabon, di Dusun Kalilalo, Sidoarjo.

 

“Yang penting, jalannya mas, ada perhatian pemerintah,” pinta Winarti.

Jalan setapak bukan satu – satunya akses menuju  Dusun Kalialo. Sebelumnya para pengendara sepeda motor bisa menggunakan jasa perahu nelayan mengarungi sungai.

Bahkan, untuk membawa material bangunan, hanya bisa dilewati dengan menyusuri aliran sungai yang mengalir hingga Teluk Permisan.

 Walaupun kesulitan akses menuju dusun Kalialo, Winarti merasa bersyukur sebab semangat sekolah anak – anak di dusunnya sangat tinggi.

BACA JUGA: Meninggal di Piramid, Jenazah Thorik Akan Dimakamkan di Sidoarjo

Pendaftaran tahun ini saja, ada beberapa anak Kalialo yang masuk di jenjang Taman Kanak-kanak.

Meskipun jumlahnya tak lebih dari hitungan jari, sebab kepala keluarga di Kalialo juga hanya 44 saja.

Baginya, keberadaan SDN 4 Kupang sudah cukup untuk penghuni dusun yang sebagian berprofesi sebagai nelayan dan pekerja tambak.

Di hari aktif, ia mengingat sekolah dengan tiga kelas itu hanya dihuni sekitar tiga hingga lima orang murid per kelas.

Dua murid baru

Bahkan menurutnya, sistem belajar mengajar harus menggabungkan dua kelas pada jenjang yang berdekatan. Kelas I-II pada satu kelas, III-IV dan kelas V-VI pada dua kelas lainnya.

"Syukur ono sing daftar mas,” selorohnya.

Kepala Sekolah SDN 4 Kupang Mohammad Maksum menyebutkan, ada dua siswa baru, yang masuk tahun ini.

Berbeda dengan sekolah di perkotaan, tak ada ingar bingar dan keributan soal zonasi di sekolah yang terpencil ini.

“Sebetulnya ada empat anak di TK, tapi dua anak diajak orang tuanya pindah ke daerah lain,” kata Maksum dihubungi via Whatsapp, Selasa 9 Juli 2019.

BACA JUGA: 53 SMP di Jember Kekurangan Siswa PPDB Sistem Zonasi

Seperti kata Winarti, Maksum percaya jika pendaftar yang jumlahnya sedikit, bukan karena kondisi fisik sekolahnya yang apa adanya.

Sebab, warga setempat bersemangat menjaga dan memelihara fasilitas sekolah.

"Kemarin warga juga sudah ada pengurukan tanah di depan sekolahan, itu kerja bakti wali murid mas. Saya berterima kasih pada warga," ungkapnya.

Sementara itu, matahari nyaris berada di atas ubun-ubun. Di akhir pertemuan dengan Winarti, saat hendak mengambil gambar kondisi sekolah, ia berujar jika banyak yang bercerita dan datang berkunjung ke Kalialo untuk mengambil gambar.

BACA JUGA: Ikhsan: Demo PPDB karena Warga Belum Terbiasa Sistem Baru 

"Syuting tok mas, wes akeh sing syuting, kene yo dibantu jalannya mas, hehe,” pintanya sambil tersenyum.

Baca Juga

loading...