Reporter
Dyah Ayu PitalokaSelasa, 23 Juli 2019 - 18:24
Surabaya - Sunarto duduk di kursi paling belakang Suroboyo Bus. Sabtu 6 Juli 2019 itu, ia, bersama istri dan tiga cucunya, sengaja menumpang bus berbayar sampah plastik menuju mall BG Junction di Jalan Bubutan.
Warga Medaeng itu, memilih memarkir motor di Terminal Purabaya Bungurasih dan melanjutkan perjalanan berbekal stiker hasil menukar botol plastik menuju tujuan. “Lumayan sambil jalan-jalan. Stiker masih banyak dan gratis,” katanya.
Mengumpulkan sampah plastik
Istrinya, tak asing dengan sampah plastik kemasan minuman. Sehari-hari, ia membuka warung jajanan di depan rumah. Bila ada tamu, logistik dari warungnya juga dikeluarkan untuk menjamu.
“Kemarin lebaran banyak tamu, ya tinggal mengeluarkan teh kemasan saja buat minumnya. Sampahnya dikumpulkan,” kata perempuan itu.
BACA JUGA: Tiket Suroboyo Bus Dijual Online, Pemkot Batasi Penukaran Stiker
Tak jauh dari Sunarto, di kursi berbaris dua di bagian kanan, Windawati menumpang bus untuk turun di Jalan Rajawali. Sabtu pagi itu, ia tiba di Purabaya untuk mengantar tamunya pulang ke Jember.
“Ini mau balik pulang, nanti di Rajawali oper angkot,” kata warga Asemrowo ini.
Perempuan berkerudung motif bunga ini memilih menumpang Suroboyo Bus saat pulang, lantaran tak sedang mengejar waktu. Ia rela menunggu 30 menit di dalam bus, sebelum bus bergerak maju.
“Memang antrenya lama, tidak masalah. Stikernya sayang kalau tidak dipakai,” kata Windawati yang akrab dengan minuman kemasan plastik sekali pakai, di keseharian.
BACA JUGA: Tiket Naik Suroboyo Bus Dijual Rp 100 Ribuan di Online Shop
Satu stiker merah bisa didapat dengan menukar tiga botol plastik minuman ukuran 1.500 liter, lima botol plastik ukuran sedang, atau 10 gelas plastik. Satu stiker bisa digunakan sekali menumpang maksimal selama dua jam.
Sabtu pagi, empat Suroboyo Bus berjajar di dekat pintu keluar, Terminal Purabaya, Bungurasih. Kursi di dalam empat bus terlihat penuh. Helper yang bertugas beberapa kali melarang penumpang yang hendak naik, lantaran kursi telah terisi penuh.
Bus berangkat setiap 20 menit, maka bus yang paling belakang harus menunggu sekitar 80 menit untuk mulai melaju.
“Ini bus nunggu jadwal berangkat tiap 20 menit. Kursi sudah penuh semua, tapi kalau penumpang mau berdiri, ya silakan naik,” kata Medina, helper perempuan.
Gratis naik Suroboyo Bus
Pukul 10.52 WIB bus yang ditumpangi Jatimnet berjalan keluar Purabaya. Pendingin udara tak begitu terasa lantaran penumpang penuh. Banyak penumpang rela berdiri demi ikut Suroboyo Bus di akhir pekan.
Layar monitor di dalam bus yang biasanya menyala, siang itu mati. Tak terdengar pula suara elektronik yang mengumumkan nama halte tempat pemberhentian di sepanjang jalur.
Petugas di bank penukaran sampah Terminal Purabaya, Bungurasih
Bus merah berjalan bersama kendaraan lain di jalan utama. Bus berlantai rendah itu tak memiliki jalur sendiri, layaknya moda transportasi serupa di kota lain.
Setelah berkendara sekitar 80 menit melalui puluhan halte di jalan utama, bus tiba di halte terakhir, Jalan Rajawali, sebelum menempuh rute kembali ke Bungurasih.
Sebarkan dampak buruk sampah plastik
Suroboyo Bus resmi berjalan sejak 7 April 2018. Ada 20 unit bus merah yang beroperasi setiap hari dengan berbayar plastik.
Hasilnya, terkumpul 90 ton plastik di awal tahun ini. Sebanyak 39 ton laku dijual lewat lelang terbuka dan menghasilkan Rp 150 juta.
Sementara, data Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah (PSL) Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau menyebut, perkiraan sampah plastik mencapai 19 persen dari seluruh sampah harian Surabaya, yaitu 400 ton dari sekitar 2.200 ton sampah.
Jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan perolehan sampah plastik berbentuk botol dan gelas, dari Suroboyo bus, selama setahun terakhir.
BACA JUGA: Tiket Suroboyo Bus Dijual Mahal
Kabid PSL Andhini Kusumawardani mengatakan tak semua sampah plastik itu dikelola oleh Pemkot Surabaya. “Warga juga berupaya mendaur ulang sampah anorganik, sayangnya kami belum punya datanya,” kata Andhini, Selasa 23 Juli 2019.
Plt Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Eri Cahyadi mengatakan jika Suroboyo Bus muncul dengan tujuan mengurangi konsumsi plastik di masyarakat.
Sehingga, pemkot menjadi operator bus , dan mengoperasikannya dengan cara berbayar plastik. Pemasukan dari lelang plastik, bukan tujuan utama dari bus tersebut.
“Jangan dikomparasikan dengan biaya membeli bus, maksutnya tidak seperti itu. Tujuannya agar masyarakat mengurangi (konsumsi) sampah plastik, sekaligus meninggalkan kendaraan pribadi dengan menggunakan transportasi umum yang nyaman,” kata Eri Cahyadi, Rabu 17 Juli 2019.
BACA JUGA: Suroboyo Bus Kini Dilengkapi Rak "Parkir" Sepeda
Namun, saat ini penumpang Surabaya Bus belum pada tahap mengurangi konsumsi sampah plastik. Mereka hanya mengurangi sampah plastik yang dibuang sembarangan.
Sebab, sebagian penumpang Suroboyo Bus belum mengubah kebiasaan menghentikan konsumsi produk kemasan plastik.
Hal ini disadari oleh alumnus pasca sarjana Institut Teknologi 10 November ini.
Eri, lebih memilih pendekatan menggugah kesadaran untuk mengurangi konsumsi plastik, dibanding menggunakan metode larangan beserta sanksi.
BACA JUGA: Bus Suroboyo Hasilkan APBD Melalui Botol Plastik
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya ini bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Surabaya, membuat sejumlah modul kampanye tentang plastik.
Rencananya, kampanye tentang bahaya plastik, akan ditampilkan di layar televisi di dalam Suroboyo Bus. “Bahannya sekarang masih disiapkan oleh Dishub,” katanya.
Selain itu, bus merah juga dioperasikan dengan tujuan mengurangii kemacetan. Eri menyebut ada banyak penumpang yang rela memarkir kendaraan pribadi dan melanjutkan perjalanan menggunakan Suroboyo Bus.
“Buktinya, penumpangnya semakin banyak. Antrean semakin panjang. Tujuan kami untuk mengenalkan transportasi umum yang nyaman dan murah, agar warga memilih naik transportasi umum,” katanya.
BACA JUGA: Ada Patung Suroboyo, Taman Kenjeran Ramai Jadi Tempat Ngabuburit
Untuk itu, pemkot pun berencana menambah armada, untuk memenuhi animo warga.
“Mungkin anggarannya bisa diajukan lewat PAK (APBD Perubahan) di tahun ini atau APBD tahun depan,” katanya tanpa merinci berapa anggaran yang dibutuhkan untuk setiap busnya.