Logo

Mengenal Anarko-Sindikalisme

Reporter:

Kamis, 02 May 2019 08:44 UTC

Mengenal Anarko-Sindikalisme

Simbol Anarkisme. Foto: Wikimedia Commons

JATIMNET.COM, Surabaya – Polri menyebut ada kelompok Anarko-Sindikalisme, yang menyusup di antara peringatan hari buruh Internasional, pada 1 Mei 2019 lalu.

Kelompok berpaham Anarko-Sindikalisme, membuat keributan dan vandalisme, di beberapa wilayah, seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan DKI Jakarta.

Lantas siapakah Anarko Sindikalisme itu? Berikut sejumlah hasil penelusurannya, dirangkum dari berbagai sumber.

1.Gabungan antara Anarki dan Sindikalisme

Anarki berasal dari bahasa Yuinani “Anarko” yang bermakna tanpa penguasa, tanpa kekerasan. 

Sehingga anarkisme adalah ajaran yang memiliki cita-cita mewujudkan masyarakat tanpa kekuasaan, dan kekerasan, yang memaksa mereka.

BACA JUGA: Susupi Demo Buruh, Dua Mahasiswa ITS Dikenakan Wajib Lapor

Istilah anarkisme lahir di tahun 1840, dari tulisan Pierre-Joseph Proudhon. Anarkisme adalah teori sosial ekonomi, yang menolak kapitalisme dan tatanan negara, dikutip dari Anarchism.  

Sementara sindikalisme adalah eskpresi metode ekonomi dari anarkisme. Sindikalisme percaya, jika ujung tombak perjuangan buruh adalah pada serikat pekerja, bukan melalui partai atau negara yang takluk pada kapitalisme, dikutip dari Academia.

Kemudian, istilah Anarko – Sindikalisme salah satunya digaungkan oleh pemikir Rusia Mikhael Bakunin di tahun 1881.

Pemikiran dan gerakan ini meletakkan serikat pekerja sebagai alat memperjuangkan kesejahteraan buruh terhadap majikan, sekaligus sebagai sekolah pelatihan ekonomi pada anggotanya.

BACA JUGA: Anggota FMN Surabaya Dibebaskan Setelah Ditangkap Polisi Saat MayDay

Penganut gerakan ini juga percaya, jika kondisi anarkis mampu terwujud melalui revolusi yang bertujuan menumbangkan seluruh institusi, dikutip dari Historia.

2. Menolak sentralisasi

Karena Anarko- Sindikalisme percaya jika kondisi anarkis bisa dicapai melalui revolusi radikal, maka setiap serikat pekerja harus memiliki sikap politik revolusioner, agar tidak tergelincir dalam kolaborasi dengan kelas penguasa.

Namun, gerakan revolusioner ini tidak bertujuan merekrut semua pekerja kedalam satu serikat besar.

BACA JUGA: Kontras Pertanyakan Penangkapan Mahasiswa dalam Peringatan May Day Surabaya

Prinsip anarkisme digunakan dalam upaya revolusi politik, melalui propaganda hingga penggalangan massa, yang berlangsung secara tidak terpusat, dan dalam bentuk federasi, dikutip dari Libcom.

3. Aksi Sabotase, Mogok, dan Boikot

Anarko-Sindikalisme menggunakan sejumlah metode protes untuk mencapai tujuan, baik secara individu maupun koletif yang dilakukan secara sadar.

Aksi sabotase, dilakukan untuk memperlambat dan mengurangi hasil produksi, dengan tujuan menekan pemilik modal, bila tidak menemukan cara lain untuk mencapai tujuan.

BACA JUGA: May Day, Janji Khofifah dan Harapan Buruh Jatim

Sabotase juga dalam bentuk melumpuhkan mesin produksi untuk sementara, agar tidak dimanfaatkan pekerja oportunis, selama pemogokan berlangsung.

Berikutnya, aksi pemogokan kerja, dalam bentuk penghentian kerja dan proses produksi secara beramai-ramai.

Sedangkan aksi boikot bisa dilakukan pekerja, baik sebagai konsumen, maupun sebagai produsen. Sebagai konsumen, artinya pekerja menolak membeli barang, yang diproduksi dengan melanggar ketentuan.

Boikot sebagai produsen, diharapkan memberikan jalan bagi para pekerja untuk memaksa embargo atas perusahaan.