Selasa, 17 September 2019 03:16 UTC
MATI MASSAL. Warga menunjukkan ikan yang mati massal di aliran Sungai Rejoso dan Sungai Lemon. Foto: Yosibio
JATIMNET.COM, Blitar – Ikan mati secara massal di aliran Sungai Rejoso dan Sungai Lemon, di Kabupaten Blitar, diduga karena pembuangan limbah Pabrik Gula Rejoso Manis Indonesia (RMI).
Beragam jenis ikan seperti bader merah, tawes, betutu, wader, dan anak hampala diketahui warga mengambang atau mabuk antara tanggal 6-9 September 2019.
"Kami menduga ikan-ikan yang mabuk tersebut karena imbas dari limbah pabrik yang dibuang ke aliran sungai," kata Moh Sonhadi, Ketua Pokmaswas saat ditemui di konservasi Bader Bank, Brantas, Minggu 15 September 2019.
BACA JUGA: Ikan Mati Massal, Pemerintah Bebal
Sonhadi menambahkan, saat dia dan sejumlah warga menelusuri Sungai Rejoso dan Sungai Lemon, mendapati air yang mengalir berwarna coklat kehitaman. Cairan keluar dari saluran pipa milik pabrik gula ini.
"Air yang keluar dari pabrik ada yang bening. Ada air yang mengalir di pertemuan antara aliran Sungai Lemon dan Sungai Rejoso berwarna coklat kehitaman," imbuhnya.
Selain itu, bentuk protes warga akan dugaan ikan mabuk juga sempat viral di unggahan akun Facebook bernama Pramony Yelz di grup Facebook Ajang Sapa Sedulur ICB. Dalam postingannya itu terdapat cairan yang keluar dari saluran pembuangan pabrik PT RMI.
BACA JUGA: Ecoton: Tahun 2018 Kematian Ikan Massal Terparah
Cairan tersebut terlihat berwarna pekat dan mengalir ke sungai. Diapun mengunggah dengan status seperti ini:
"Nyetrum iwak dihukum ngubat yo dihukum..kali di grujuk limbahe pabrik iwak do mati kok dijarne ae yo. Lokasi _ rejoso binangun. Kaliku gk bening maneh," tulis akun Pramony Yelz yang diunggah pada Minggu (15/09/2019) kemarin.
Sementara, saat dikonfirmasi atas protes warga ini, Deputi Proyek Manager PT RMI, Putut Hendaruji, membantah cairan yang keluar itu adalah limbah pabrik. Cairan limbah pabrik telah diolah dan tidak dialirkan seperti yang ditampilkan dalam protes oleh warganet.
"Lokasi ikan mati yang diupload di Facebook itu, radiusnya sekitar tiga kilometer, kan tidak mungkin," katanya kepada wartawan, Senin 16 September 2019.
BACA JUGA: Banyak Ikan Mati, Air di Kali Surabaya Kekurangan Oksigen
Ia menjelaskan, di dalam pabrik gula terdapat ribuan mesin yang sedang diuji coba. Selain itu cairan yang keluar dari pabrik adalah bekas cucian tebu yang telah bercampur debu.
Karena setiap hari banyak tebu yang harus disiram dan cairannya mengalir dalam saluran pembuangan semacam selokan hingga ke sungai.
"Tidak ada kebocoran. Ada jalur air hujan atau air bersih jalan, mungkin ada debu dan segala macam itu kemudian disebut limbah. Sebenarnya limbah ini sendiri sudah ada jalurnya ke pengolahan. Pengolahan ini namanya IPAL (Intalasi Pengolahan Air Limbah) atau WWTP (Waste Water Treatment Plan)," ujar Putut.
BACA JUGA: Begini Tips Mengolah Ikan Giant Trevally Yang Sehat
Putut mengakui, pasca postingan tersebut akan ada kunjungan dari praktisi Universitas Brawijaya yang berencana meneliti kandungan air tersebut. Sementara informasi yang berkembang di masyarakat sekitar, cairan tersebut menyebabkan ikan mabuk.
"Entah besok atau lusa, hasil riset itu nanti bisa menjadi gambaran yang gamblang, yang jelas tentang lingkungan. Kami sudah mendatangi lokasi itu (saluran pembuangan yang diprotes warga). Dan itu buangan saluran-saluran pembersih jalan. Kami baru tahu ada ikan mati dari media sosial. Posisinya jauh dari kami," pungkasnya.