Logo

Distribusi Garam Lumpuh akibat Corona, Petani Rugi Ratusan Juta

Reporter:,Editor:

Rabu, 06 May 2020 09:30 UTC

Distribusi Garam Lumpuh akibat Corona, Petani Rugi Ratusan Juta

STOK GARAM. Stok garam milik petani garam di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, tertahan karena tak laku akibat pandemi Covid-19, Rabu, 6 Mei 2020. Foto: Zulkiflie

JATIMNET.COM, Probolinggo – Dampak pandemi virus Corona Disease 2019 (Covid-19) merugikan sektor perekonomian termasuk usaha garam tradisional yang memproduksi garam grasak atau garam kasar.

Petani garam di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, tak bisa mendistribusikan garam karena pengguna takut memakai garam dari luar kota. Pengguna takut garam dari luar kota terpapar Corona.

Akibatnya, stok garam yang seharusnya dijual atau didistribusikan ke pelanggan untuk kebutuhan industri saat ini menumpuk tidak bisa dijual.

Ketua Kelompok Petani Garam Kalibuntu Sejahtera 1, Suparyono, mengatakan ada sekitar 1.000 ton garam grasak yang tak dapat didistribusikan semenjak adanya pandemi Corona.

BACA JUGA: Produksi Garam Probolinggo Naik Dua Kali Lipat

“Sekarang pembeli takut membeli garam dari daerah yang jauh. Misal dari Madura, pembeli enggak mau karena lalu lintasnya lewat Surabaya. Begitu juga garam asal Probolinggo, mereka enggak mau membelinya. Informasi yang saya terima, mereka beli dari daerah terdekat saja,” kata Suparyono, Rabu, 6 Mei 2020.

Akibatnya, petani garam merugi ratusan juta rupiah. Biasanya dalam seminggu, menurut Suparyono, petani garam di kelompok setempat mampu melakukan dua kali pengiriman garam grasak ke luar daerah dengan estimasi penghasilan sekitar Rp8 juta. Namun untuk kondisi saat ini, sudah tidak bisa dilakukan lagi.

“Di kelompok saya ini ada sembilan anggota dan hasil produksi garam grasaknya tesimpan di gudang masing-masing. Di tempat saya saja tersimpan sekitar 400 ton garam grasak, belum yang lain,” ujarnya.   

BACA JUGA: Petani Garam Probolinggo Tolak Impor Garam Saat Panen Raya

Suparyono menyampaikan selama ini hasil produksi garam kelompoknya dikirim ke wilayah timur kawasan Tapal Kuda Jawa Timur meliputi Jember dan Banyuwangi. “Kalau di Jember, ada pabrik kecap dan (kedelai) edamame. Di Banyuwangi ada (pabrik es) Air Rejeki. Tapi sekarang, sudah tertahan garamnya,” katanya.

Guna menyiasati penghasilan bagi petani garam, kelompok petani garam setempat terpaksa menggunakan dana kas simpan pinjam kelompok untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Suparyono menjelaskan kondisi tersebut sebenarnya sudah disampaikan ke dinas terkait. Hanya saja instansi terkait meminta petani garam bersabar sampai pandemi Corona bisa tertangani dan pemerintah daerah berjanji akan membantu pemasaran garam petani.

Suparyono menyebut untuk produksi garam grasak saat ini masih dihentikan dan akan dimulai kembali usai lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.