Logo

Brenjonk, Wisata Edukasi Pangan Organik dan Spot Selfie Tanaman Refugia

Wisatawan Diajari Budidaya dan Pengolahan Tanaman Pangan Organik
Reporter:,Editor:

Sabtu, 03 October 2020 05:00 UTC

Brenjonk, Wisata Edukasi Pangan Organik dan Spot Selfie Tanaman Refugia

SPOT SELFIE. Taman bunga kenikir di kampung Brenjonk, Dusun/Desa Penanggungan, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto, jadi spot selfie favorit, Jumat, 2 Oktober 2020. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Kampung Brenjonk di Dusun/Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto dikenal sebagai kampung pangan organik. Masyarakat atau petani di kaki gunung Penanggungan itu diberdayakan untuk mengelola tanaman pangan secara organik.

Tak hanya petani setempat, pengunjung atau wisatawan yang datang juga diberi pengetahuan tentang budidaya dan pengolahan tanaman organik.

Menurut warga, Brenjonk berasal dari kata Sumber Rejo, sebuah mata air di kampung setempat. Di kampung ini, selain tanaman palawija, puluhan petani juga memanfaatkan lahan untuk tanaman refugia atau tanaman yang berfungsi sebagai pengusir atau pengendali hama.

Salah satunya adalah taman bunga kenikir yang dalam bahasa Latin disebut cosmos caudatus. Kenikir yang termasuk tanaman perdu dan daunnya bisa dijadikan lalapan itu terhampar di tengah sawah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl).

BACA JUGA: Saat Harga Anjlok, Petani Buah Naga Organik Tetap Untung

Menguningnya taman bunga kenikir tersebut jadi destinasi wisata selfie atau swafoto di akhir pekan. Tempat yang instagramable ini jadi buruan wisatawan domestik dari berbagai daerah maupun mahasiswa asing yang sedang belajar atau kuliah di Jawa Timur.

Jika dilihat dari jauh, taman bunga kenikir itu berada di atas lahan seluas 5 hektar dan diapit dua gunung legendaris, Welirang di selatan dan Penanggungan di utara. Pemandangan dua gunung ini menambah panorama taman bunga kenikir, ibarat taman bunga di luar negeri.

SPOT SELFIE. Taman bunga kenikir di kampung Brenjonk, Dusun/Desa Penanggungan, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto, jadi spot selfie favorit, Jumat, 2 Oktober 2020. Foto: Karina Norhadini

Hamparan bunga kenikir yang menguning mempercantik foto. Pengunjung pun masuk ke dalam taman bunga untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar yang menarik dan diunggah ke media sosial.

Pemandangan yang indah bahkan sudah bisa dirasakan pengunjung sebelum menuju spot foto taman bunga kenikir. Masyarakat dimanjakan dengan hamparan sawah sebelum menuju lokasi taman bunga kenikir yang berjarak 500 meter dari jalan desa dengan berjalan kaki.

Jalur ini memang lebih bisa dinikmati saat pengunjung berjalan kaki dan memberikan kepuasan sepanjang mata memandang.

BACA JUGA: Beras Organik Banyuwangi Tembus Pasar Italia

Sembari berjalan, pengunjung bisa menyapa warga sekitar yang bercocok tanam di area persawahan dan suasana kekeluargaan khas pedesaan bisa dirasakan.

Sejuknya udara ditambah indahnya panorama taman bunga, bukit, dan gunung membuat para pengunjung rela datang ke lokasi ini lebih dari sekali. Salah satunya, Vina, gadis 26 tahun asal Surabaya. Ia melakukan perjalanan kurang lebih dua jam dari tempat tinggalnya di Kenjeran, Surabaya, menuju Trawas, Mojokerto, menggunakan sepeda motor bersama adiknya.

Mereka sudah kedua kalinya datang ke sini hanya untuk menghirup udara segar, jalan-jalan menyusuri pematang sawah, menikmati pemandangan, menyantap makanan dan minuman organik, hingga menyaksikan berbagai contoh budidaya organik di lahan terbuka.

“Suasana pedesaannya dapat banget di sini, penat soalnya di Surabaya. Jadi libur kerja lebih milih ke sini, pemandangannya indah, belum lagi udara sejuk dan angin semilir yang enggak dimiliki Surabaya,” katanya saat diwawancarai jatimnet.com, Jumat, 2 Oktober 2020.

SPOT SELFIE. Taman bunga kenikir di kampung Brenjonk, Dusun/Desa Penanggungan, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto, jadi spot selfie favorit, Jumat, 2 Oktober 2020. Foto: Karina Norhadini

Ia mengaku tahu taman bunga kenikir yang termasuk tanaman refugia ini dari media sosial dan kawan-kawannya yang sudah pernah ke tempat ini. “Kita bebas milih spot foto di sini, indah banget pokoknya. Murah kok, cuma masukkan uang Rp5 ribu aja ke dalam kotak yang disediakan pengelola,” ucap Vina.

BACA JUGA: Empat Filosofi Gaya Hidup Organik

Sementara itu, Pengelola Kuliner Sawah (Kuwah) Organik sekaligus Direktur Brenjonk, Slamet, mengatakan konsep tanaman refugia yang berada di ketinggian 800 mdpl itu berawal dari 40 petani yang tergabung dalam Kuwah Organik untuk menciptakan ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi di dusun tersebut.

Masing-masing petani bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk membuat petak kuliner organik seperti beras dan sayur yang dibudidaya secara organik. “Awalnya kami berharap semua pengunjung yang datang bisa menikmati sajian yang sehat dan organik,” ucapnya.

Dari sinilah dilakukan pengembangan wisata untuk membangun daya tarik masyarakat. Kemudian dibuatlah taman berisi tanaman refugia jenis kenikir yang memiliki tiga fungsi antara lain untuk mengendalikan hama padi karena aromanya yang tidak disukai hama; bisa jadi bahan makanan untuk kebutuhan pelengkap makanan seperti lalapan atau urap-urap; hingga jadi spot foto wisata.

Pengelola juga menyediakan program wisata edukasi. Pengunjung akan dijelaskan bagaimana proses sistem ketahanan pangan organik seperti membuat kompos, mikroba, pembibitan, perawatan, panen, hingga distribusi tanaman organik.

“Jadi, petani tidak menjual tanahnya, tapi menjual hasil olahannya. Apalagi kalau weekend (akhir pekan), pengunjung mencapai 200 orang. Ketahanan ekonomi pun terjadi, apalagi wisatawan banyak juga yang dari luar Mojokerto seperti Halmahera, Timor Timur, mahasiswa asing dari Jerman dan Turki yang kuliah di Indonesia,” ujarnya.