Minggu, 14 June 2020 14:20 UTC
PAKAI NAMPAN. Pemkot Surabaya mewajibkan pedagang pasar menggunakan nampan atau baki sebagai alat transaksi pembayaran untuk menghindari kontak fisik. Foto: Pemkot Surabaya
JATIMNET.COM, Surabaya – Untuk menghindari kontak langsung saat transaksi pembayaran antara penjual dan pembeli, Pemkot Surabaya membagikan nampan atau baki kepada para pedagang di pasar. Sebanyak 10 ribu nampan gratis telah dibagikan kepada para pedagang di 67 pasar yang dikelola PD Pasar Surya. Penggunaan nampan untuk transaksi pembayaran ini sebagai salah satu konsep pembentukan Pasar Tangguh di Surabaya.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya tidak diperpanjang, transaksi pembayaran di pasar melalui nampan itu telah diterapkan. Tujuannya, untuk menghindari transaksi atau kontak langsung antara penjual dan pembeli.
“Pembayaran melalui nampan itu wajib diterapkan pedagang.Misalnya yang dapat nampan itu hilang, ya harus membeli lagi dan itu harus dilakukan,” kata Hebi, Minggu, 14 Juni 2020.
Selain itu, di pasar basah seperti pedagang daging dan ikan juga melengkapi lapaknya dengan tirai plastik. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya cipratan-cipratan air kepada para pembeli.
BACA JUGA: Pasar Genteng Baru dan Tambahrejo Disiapkan Jadi Pasar Tangguh
“Ini yang harus diantisipasi. Sehingga harus ada tirai berupa plastik itu untuk membatasi agar cipratan-cipratan tersebut tidak menempel ke mana-mana, agar tidak sampai nyiprati (mengenai) ke pembeli,” ia mengungkapkan.
Hebi memastikan saat ini pihaknya terus gencar mensosialisasikan protokol-protokol tersebut kepada para pedagang di pasar. Seperti di Pasar Genteng Baru dan Tambahrejo, para pedagang daging atau ikan di sana telah melengkapi lapaknya dengan tirai plastik.
“Penjual daging itu dikasi tirai semuanya. Jadi sudah ada di Pasar Genteng Baru mulai kemarin, terus yang di Pasar Tambahrejo sedang dikerjakan,” ia menerangkan.
Hebi menyatakan pembentukan Pasar Tangguh ini tak hanya diterapkan kepada 67 pasar yang dikelola PD Pasar Surya. Namun, seperti Pasar Krempyeng yang dikelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) atau warga setempat juga terus didorong untuk menyiapkan skema pembentukan Pasar Tangguh.
“Pasar krempyeng kita koordinasi dengan Satpol PP, kecamatan, dan Bagian Pemerintahan untuk menata pasar-pasar krempyeng tersebut. Nantinya ke depan semuanya harus seperti itu,” ia menandaskan.
BACA JUGA: Tidak Pakai Masker, di Pasar Ini Pedagang dan Pengunjung Tidak Boleh Masuk
Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Surabaya Eddy Christijanto mengungkapkan dari 101 Pasar Krempyeng yang ada di Surabaya, sebanyak 49 pasar sudah dilakukan penataan. Penataan dilakukan dengan menyesuaikan kearifan lokal yakni melibatkan pengurus RT/RW dan LPMK. Salah satunya yaitu menerapkan physical distancing dan mewajibkan memakai masker baik kepada pedagang maupun pembeli.
“Kalau physical distancing di dalam pasar tak mencukupi dan pedagang lebih, maka kita tata di jalan. Tapi kalau misalnya jalan itu pukul 06.00 WIB dipakai, maka sebelum pukul 06.00 WIB, jalan harus bersih,” kata Eddy.
PAKAI NAMPAN. Pemkot Surabaya mewajibkan pedagang pasar menggunakan nampan atau baki sebagai alat transaksi pembayaran untuk menghindari kontak fisik. Foto: Pemkot Surabaya
Sejauh ini pihaknya memastikan akan memaksimalkan penataan di dalam pasar sebelum memanfaatkan badan jalan. Bahkan, etika perilaku agar tidak menerima uang secara langsung juga dilakukan dengan memanfaatkan nampan sebagai transaksi penjualan.
“Yang jelas pakai masker dan physical distancing dulu. Harapan kita 101 Pasar Krempyeng itu bisa kita tata. Kita sedang menata enam lagi, nanti jumlah 55. Memang harus pelan-pelan bertahap, tapi kita terus bergerak, kita edukasi,” ia menguraikan.
Maka dari itu, Eddy memastikan akan terus mendorong masyarakat agar berperan aktif dalam pembentukan Pasar Tangguh. Dengan adanya Pasar Tangguh, pihaknya berharap potensi penularan Covid-19 di pasar bisa diantisipasi. Sehingga roda perekonomian para pedagang pasar bisa tetap berjalan.
“Nanti di Pasar Krempyeng itu juga kita bentuk Pasar Tangguh. Kita pelan-pelan menata, kita harap para pengurus pasar bisa berperan aktif. Namun yang penting adalah para pedagang sadar dulu, disiplin menerapkan protokol kesehatan, baik pedagang maupun pembeli,” ia menjelaskan.
BACA JUGA: Penataan Pasar di Surabaya Terus Dilakukan di Tengah Pandemi Covid-19
Direktur Teknik dan Usaha PD Pasar Surya, Muhibuddin, menambahkan pihaknya sedang melakukan penataan dengan konsep Pasar Tangguh. Di Pasar Tangguh ini bakal dilakukan perubahan budaya tentang cara belanja di pasar. Selain pedagang dan pengunjung wajib memakai masker, serta dilakukan pengecekan suhu badan, cara transaksi pembeli ke pedagang juga diubah. Biasanya, transaksi pembayaran dilakukan pembeli dengan memberi uang dan langsung diterima pedagang.
"Sekarang cara atau budaya itu diubah. Pembayaran dialihkan menggunakan nampan. Pembeli menaruh uang di nampan, lalu jika ada uang kembalian juga diletakkan di nampan itu," kata Muhibuddin.
Dengan cara tersebut diharapkan tidak ada interaksi langsung atau sentuhan tangan antara pembeli dengan pedagang. Paling tidak, cara tersebut bisa meminimalisir kontak fisik.
"Ini sudah mulai kita sosialisasi dan terapkan di pasar-pasar yang kita kelola, termasuk di dua pasar tangguh yakni di Pasar Genteng Baru dan Pasar Tambahrejo," ia menandaskan.
Dalam konsep Pasar Tangguh ini, stan pasar juga dipasangi tirai plastik. Tirai ini digunakan sebagai pembatas interaksi antara pembeli dengan pedagang.
BACA JUGA: Surabaya Gagas Mal dan Sekolah Tangguh Pandemi Covid-19
"Memang belum semua stan ada tirai plastiknya, namun kami berharap ke depan secara bertahap semua stan bisa menerapkan ini," ia menambahkan.
Selain itu, jumlah pengunjung pasar juga akan dibatasi. Jika kondisi di dalam pasar sudah ramai, maka pengunjung lain yang hendak masuk ditahan dulu. Karena itu, Muhibuddin mengimbau pembeli membawa daftar belanjaan. Sehingga saat ke pasar pembeli tidak bingung lagi hendak membeli apa. Dengan membawa daftar belanjaan, hal itu juga akan mempengaruhi lama atau tidaknya berada di pasar.
"Dengan daftar belanjaan, belanjanya cukup 30 menit," katanya.
Tidak hanya itu, di Pasar Tangguh juga diterapkan one way (satu pintu). Maksudnya, ada pengaturan arah pengunjung atau pembeli di dalam pasar. Misalnya, di pasar diterapkan jalan searah yang diaplikasikan dengan pemasangan petunjuk arah di lantai pasar. Selain itu, pintu masuk dan pintu keluar pasar dibuatkan sekat atau jarak pemisah.
"Agar ada physical distancing dan tidak ada pengunjung yang saling berpapasan," ia menegaskan.
Di sisi lain, kata dia, di Pasar Tangguh juga dibentuk tim khusus atau satgas. Satgas ini adalah kolaborasi antara pengelola pasar dengan pedagang. Mereka memiliki pembagian tugas yang sama dengan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo yaitu sebagai Satgas Wani Sehat, Satgas Wani Sejahtera, Satgas Wani Jogo, dan Satgas Wani Ngandani.
"Kita libatkan pedagang karena mari bersama-sama menjaga pasar. Ini tugas kita bersama," ia memungkasi.