Selasa, 14 December 2021 05:40 UTC
Luluk Fuadah (22), Rizki Putri Asyari (22) dan Vera Febriyana (21), ketiga merupakan mahasiswa semester tujuh jurusan Tradis Ilmu Pengetahuan Alam IAIN Ponorogo.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Siapa sangka kulit durian dan tulang ikan lele yang biasanya dibuang dan tidak termanfaatkan justru diolah menjadi adonan jenang yang tinggi akan kalsium oleh tiga orang mahasiswi IAIN Ponorogo.
Mereka adalah Luluk Fuadah (22), Rizki Putri Asyari (22) dan Vera Febriyana (21), ketiga merupakan mahasiswa semester tujuh jurusan Tradis Ilmu Pengetahuan Alam IAIN Ponorogo.
Berkat penelitiannya, ketiganya berhasil menyabet juara satu dalam lomba Olimpiade Agama, Sains, dan Riset (OASE) di Aceh.
Luluk Fuadah mengatakan pemilihan kulit durian untuk dijadikan bahan dasar pembuatan jenang karena saat musim durian banyak sekali kulit durian yang dibuang begitu saja, selain itu duri ikan lele yang sering dibuang membuat ketiganya ingin memanfaatkan dan mengolahnya untuk menjadi bahan dasar makanan.
Baca Juga: Art Exibition 4D, Kebudayaan Pesisir Dalam Karya Anak dan Remaja
Penambahan bahan dasar tulang ikan lele juga dimaksudkan agar kandungan kalsium dalam jenang menjadi tinggi. Pasalnya jenang yang selama ini menjadi oleh-oleh khas Ponorogo, kandungan kalsiumnya terbilang rendah, hanya berkisar 0,37 persen. “Dengan ditambah bahan dasar tulang ikan lele ini menjadi sekitar 1,91 persen,” kata Luluk, Selasa 14 Desember 2021.
HASIL KARYA ILMIAH: Kulit durian dan tulang ikan lele yang biasanya dibuang dan tidak termanfaatkan diolah menjadi adonan jenang yang tinggi akan kalsium hasil karya ilmiah mahasiswi IAIN Ponorogo.
Luluk menerangkan dalam pembuatan jenang kulit durian ini diawali dengan mengolah kulit durian menjadi bentuk tepung. Pada bagian kulit durian tidak semuanya digunakan, melainkan hanya bagian albedo atau hanya bagian dalam yang berwarna putih.
Sementara untuk tulang lele juga sebelumnya harus diolah terlebih dahulu menjadi tepung agar bisa menyatu kedalam adonan jenang. Caranya juga cukup mudah, hanya perlu dicuci, dikeringkan dengan oven, lalu dihaluskan menggunakan blender. “Untuk pembuatan adonan jenang juga sama seperti jenang pada umumnya,” terang Luluk.
Jenang yang mereka beri nama “Julid” atau jenang kulit durian dengan fortifikasi tulang ikan lele rasanya juga sama seperti dengan jenang pada umumnya. Yakni manis dan berwarna coklat. Bahkan mereka yang tidak suka durian juga tidak akan tahu kalau bahan dasarnya merupakan kulit durian.
Baca Juga: Masih SMA, Sukses Budidaya Anggrek dengan Omzet Puluhan Juta
“Tidak ada rasa durian sama sekali, sama seperti jenang khas Ponorogo pada umumnya. Namun seperti ada serat dari kulit duriannya,” ujar Luluk.
Selain memiliki kalsium tinggi, jenang Julid juga memiliki masa simpan yang lama, jika jenang menggunakan tepung biasa akan menjadi sedikit keras hanya dalam satu minggu, namun jenang Julid bisa bertahan selama dua minggu dengan tetap empuk dan legit. “Jenang ini baik untuk segala usia, apalagi kandungan kalsiumnya tinggi,” imbuh Luluk.
Sementara itu dosen pembimbing, Titah Sayekti, menuturkan jika mahasiswanya sudah melakukan uji coba sejak enam bulan lalu. Dimana dalam prosesnya ketiga mahasiswanya kesulitan untuk menentukan formulasi yang tepat. “Selain itu juga harus ada pengujian laboratorium dari nilai gizi yang ada di dalam jenang,” pungkas Titah.
