Jumat, 29 October 2021 14:20 UTC

BUDIDAYA ANGGREK. Siswa kelas XII di SMAN 2 Kota Mojokerto, Setiawan Ramadhani, saat berada di kebun budidaya anggreknya yang sukses laku di pasaran, Jumat, 29 Oktober 2021. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Setiawan Ramadhani, siswa kelas XII SMAN 2 Kota Mojokerto ini sukses menciptakan lapangan pekerjaan dari bisnis budidaya anggrek bagi ketujuh temannya di tengah pandemi Covid-19.
Budaya konsumtif yang semakin menggerus kecintaan pemuda terhadap identitas bangsanya tak membuat pemuda berusia 17 tahun ini membuang waktu di usia mudanya.
Anak bungsu dari pasangan Edy Soedjoko, 56 tahun, dan Dyah Wilujeng Ingtyas, 56 tahun, ini justru semakin mengembangkan bisnis anggrek yang ditekuninya sejak tahun 2017 saat masih di bangku SMP.
Berawal dari kepedulian dirinya terhadap program adiwiyata sekolah untuk mengelola tanaman sayur-sayuran, kecintaan dirinya terhadap tumbuhan semakin kuat terutama merawat tanaman anggrek (Orchidaceae).
Keisengan merawat anggrek bermula saat remaja yang akrab disapa Dani ini diajak sang ibu ke pasar bunga di salah satu sudut di Jalan Brawijaya, Kota Mojokerto, lima tahun silam.
BACA JUGA: Kebun Sememi Surabaya Bakal Jual Anggrek Budi Daya Warga
Tak sengaja ia tertarik melihat keindahan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) atau puspa pesona yang dikenal sebagai salah satu bunga nasional Indonesia yang pertama kali ditemukan seorang ahli botani Belanda, C.L. Blume.
"Ttiba-tiba saja saat itu tertarik sama anggrek bulan. Dari situlah awal mula kecintaan saya dengan bunga anggrek," ucap adik semata wayang dari Shinta Wulan ini, Jumat, 29 Oktober 2021.
Koleksinya terhadap dendrobium bulan dan dendrobium lainnya semakin meningkat. Satu persatu koleksi pertamanya mendapatkan perawatan intensif dari dua ‘tangan dinginnya’. Anggrek termasuk kategori tanaman yang gampang-gampang susah dalam perawatannya.
Hingga akhirnya naluri bisnis pemuda yang lahir pada 1 November 2003 terhadap tanaman hias ini muncul. Dani pun memilih bergabung dengan reseller besar tanaman anggrek yang ada di Malang.
"Mulai bisnisnya pas saya join reseller besar di Malang, beliau (pemilik) memperbolehkan saya bergabung," ucap pemuda asli kelahiran Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto ini.
Ia mengumpulan keuntungan yang didapat dari jual beli anggrek yang dipasarkan melalui akun instagramnya, @dani_orchid. Dari situ, ia semula hanya bisa membuat kebun anggrek rumahan dengan luas hanya 1x2 meter persegi di rumah tantenya di Dusun Mengelo, Desa/Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
BACA JUGA: Bekas Rumah Bordil di Moroseneng Disulap Jadi Taman Anggrek
Hingga akhirnya di tahun 2021 ini ia sudah bisa menyewa lahan seluas 20x30 meter persegi dengan budidaya pembibitan yang dikelolanya sendiri. Kini ia punya 500 indukan anggrek yang diperoleh dari enam spesies. Tiga spesies di antaranya, anggrek Dendrobium strebloceros alba, Lasianthera, dan Strepsiceras.
Kini dirinya juga sudah mampu membuka lapangan pekerjaan untuk tujuh orang teman sekolahnya sejak akhir tahun 2020. Meski pandemi Covid-19, budidaya dan jual beli anggrek yang dilakukan mereka tetap berjalan karena dijual secara online. Bahkan omzet dalam sepekan bisa mencapai puluhan juta rupiah selama pandemi.
BUDIDAYA ANGGREK. Siswa kelas XII di SMAN 2 Kota Mojokerto, Setiawan Ramadhani, saat berada di kebun budidaya anggreknya yang sukses laku di pasaran, Jumat, 29 Oktober 2021. Foto: Karina Norhadini
Sistem bagi hasil diterapkan dalam bisnis ini. Setiap pekan, ketujuh temannya sudah bisa merasakan keuntungan Rp600 ribu hingga Rp800 ribu per orang dari penjualan.
Sesekali mereka juga diajari cara budidaya anggrek yang ternyata bisa dilakukan melalui kawin persilangan serbuk sari dan putik dalam satu bunga maupun dengan bunga lainnya karena tanaman ini memiliki kelamin ganda.
"Penjualan sekitar 300 batang anggrek yang terjual selama satu pekan, sebulan bisa sampai 1.500 batang anggrek yang kejual sejak Covid-19. Rata-rata orang khan di rumah, jadi hilangkan bosan dengan cocok tanam," ucapnya.
Bahkan, Dani sudah membiayai pendidikannya sendiri. Tak seperti kebanyakan pebisnis yang menginvestasikan uang ke benda berharga. Ia pun justru memilih berinvestasi dengan membeli anggrek langka dan menyimpan sebagian keuntungan dalam rekening bank.
"Alhamdulillah bisa buka lapangan pekerjaan untuk teman-teman sekolah utamanya. Setidaknya bisa membantu juga biaya sekolah sendiri. Kalau ditanya buat apa lagi, saya lebih memilih menabung keuntungan dan berinvestasi dengan membeli anggrek-anggrek langka untuk memenuhi koleksi saya dan bisa dikembangbiakkan lagi," katanya.
BACA JUGA: Kokedama, Tren Tanaman Hias di Era Pandemi, Pantang Menyerah Hadapi Resesi
Sementara itu, salah satu rekan kerja yang juga teman sekolah Dani, Fahmi Nurdin Baihaqi, 17 tahun, mengatakan sejak sembilan bulan lalu telah membantu bisnis anggrek. Menurutnya, bisnis ini sangat membantu dirinya dalam menghasilkan pundi-pundi uang tanpa harus mengganggu waktu sekolah.
Bahkan, ia juga bisa membeli gawai baru untuk membantu promosi berjualan anggrek melalui media sosial dari hasil pembagian uang sesuai pemasukan yang didapat selama sepekan.
"Alhamdulillah bisa beli HP yang kameranya bagus, jadi bisa bantu buat jualan, yang lama rusak. Terus jadi bisa nabung sekarang," ujarnya yang sebelumnya hanya bersekolah dan kumpul-kumpul bersama teman saat waktu luang.
Tak hanya itu, warga Lingkungan Sinoman, Kelurahan Miji, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini mendapatkan ilmu terkait budidaya pembibitan anggrek dari teman yang dikenalnya ramah dan memiliki kepedulian tinggi terhadap teman.
"Dani pun mengajari saya untuk pembibitan, karena memang proses budidaya anggrek sejak awal ditangani dia. Terus diajari juga cara memgantisipasi kalau ada problem-problem saat budidaya anggrek," ucapnya.
Fahmi merasa sangat beruntung di masa muda bisa mendapatkan wadah berkarya secara positif bersama enam teman lainnya, yakni Tirta permata, Nurul, Rangga, Eka Fitria, Hanifah Nur, dan Dicky Anggara.
