Logo

Nikmatnya Kopi Racikan Difabel di Pelatihan Barista Baznas Mojokerto

Reporter:,Editor:

Selasa, 30 September 2025 09:00 UTC

Nikmatnya Kopi Racikan Difabel di Pelatihan Barista Baznas Mojokerto

Suasana pelatihan bariswa yang digagas Baznas Kota Mojokerto melalui Difabis (Difabel Bisa) yang diikuti sembilan siswa SLB Pertiwi Kota Mojokerto, Selasa, 30 September 2025. Foto: KN

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sembilan remaja bercelemek sedang berdiri di sebuah booth yang berdiri di halaman depan kantor Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Mojokerto.

Satu di antaranya nampak menakar bubuk kopi dalam wadah berbahan stainless steel. Sedangkan lainnya terlihat serius mendengar penjelasan dari mentor.

Aktivitas ini merupakan bagian dari pelatihan barista yang digagas oleh Baznas melalui Difabis (Difabel Bisa). Pesertanya adalah siswa SLB Pertiwi Kota Mojokerto.

Setahap demi setahap, para peserta meracik kopi, menakar bubuk hingga menuangkan air panas. Cita rasa minuman kopi yang dihasilkan para penyadang disabilitas rungu tersebut tidak kalah nikmat dengan barista pada umumnya.

BACA: Di Balik Kisah Disabilitas Mengais Rejeki di Tengah Pandemi

Melalui kegiatan itu diharapkan mampu menjadikan penyandang disabilitas rungu lebih mandiri. Kemudian, membuka ruang lebih luas dalam penyaluran bakat yang dimiliki para siswa SLB Pertiwi Kota Mojokerto.   

“Target pelatihan ini enam hari. Tapi baru dua hari saja, anak-anak sudah mampu membuat enam sampai tujuh varian minuman kopi,” ujar Kepala Baznas Kota Mojokerto Dwi Hariadi, Selasa, 30 September 2025.

Pelatihan ini tidak hanya soal keterampilan teknis meracik kopi. Lebih jauh, program ini ingin membuka jalan agar anak-anak disabilitas bisa diterima di masyarakat dan punya kesempatan yang sama dalam menjalani aktivitas.

“Mereka belajar dengan hati, bukan sekadar mengikuti instruksi. Itulah yang membuat hasil racikan kopi mereka punya sentuhan berbeda,” lanjut Dwi.

BACA: Dukung Kota Sehat, Baznas Kota Mojokerto Bantu 10 Bed UKS Sekolah Dasar

Baznas Kota Mojokerto menyiapkan peralatan lengkap serta dukungan finansial sekitar Rp25 juta untuk mendukung program ini.

Ke depan, anak-anak diharapkan dapat berlatih secara mandiri melalui komunitas yang sudah dipersiapkan, bahkan terlibat dalam berbagai kegiatan di kota.

 

Harapan untuk Masa Depan

Anak-anak peserta pelatihan sebagian besar sudah duduk di kelas akhir SLB dan siap lulus. Tantangan berikutnya adalah bagaimana mereka bisa mendapatkan ruang nyata untuk menunjukkan keterampilan.

“Kami berharap pemerintah daerah bisa memberikan dukungan, misalnya dengan melibatkan anak-anak ini di berbagai event kota atau menyediakan space khusus di area publik. Dengan begitu, mereka tidak merasa sendiri,” katanya.

Program Difabis ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa disabilitas bukan halangan untuk berkarya. Justru dengan pendekatan yang tepat, keterbatasan bisa bertransformasi menjadi keistimewaan.

Di balik setiap cangkir kopi yang mereka racik, tersimpan harapan besar: bahwa inklusi sosial bukan sekadar wacana, tapi nyata hadir dalam kehidupan sehari-hari.

"Jadi kami sudah melakukan pelatihan di semua wilayah DKI Jakarta, dan yang ke sembilan kali ada di Kota Mojokerto. Jadi boleh dibilang difabis ini perdana di Jawa Timur," pungkas Kiki barista sebagai pendamping pelatihan Difabis dari DKI Jakarta yang berkolaborasi dengan Baznas Indonesia.