Selasa, 23 December 2025 08:00 UTC

Persiapan Natal oleh para pengurus Gereja Immanuel di Jalan Suroyo Nomor 32, Kota Probolinggo. Foto: Zulafif.
JATIMNET.COM, Probolinggo - Menjelang perayaan Natal 2025, nuansa khusyuk mulai menyelimuti Gereja Immanuel di jantung Kota Probolinggo.
Jemaat dan pengurus gereja juga semakin sibuk mempersiapkan datanya hari raya. Ada yang menghias pohon Natal, membersihkan ruang ibadah dan halaman gereja.
Selain itu, ada pula yang berlatih paduan suara sebagai persiapan ibadah malam Natal. Aktivitas tersebut dilakukan secara gotong royong dengan suasana hangat dan penuh kebersamaan.
Gereja yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Merah ini merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda.
BACA: Menjelang Perayaan Natal, Kapolres Madiun Cek Kesiapan Pengamanan Gereja
Di usia bangunan yang telah lebih dari satu abad ini, gereja yang berdiri di Jalan Suroyo Nomor 32 itu kembali menjadi pusat kegiatan rohani umat Kristiani.
Kegiatan rohani tetap bisa dilangsungkan sejak tahun 1862 hingga sekarang. Sebab, bangunan gereja itu masih berdiri kokoh dan tetap difungsikan sebagai tempat peribadatan aktif meski usianya telah 163 tahun.
Keberadaannya tidak hanya menjadi simbol keimanan, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah panjang Kota Probolinggo.
Pengurus Gereja Merah, Lis Karsten menegaskan bahwa meski gereja digunakan secara rutin, keaslian bangunan tetap dijaga dengan sangat ketat. Menurutnya, hampir tidak ada pemugaran besar yang dilakukan sejak gereja berdiri.
“Sampai sekarang bangunan gereja masih tetap kami gunakan untuk peribadatan, termasuk saat Natal. Kami benar-benar menjaga keaslian bangunan ini, hampir tidak ada pemugaran,” ujar Lis Karsten, Selasa, 23 Desember 2025.
BACA: Kuota Mudik Gratis Nataru 2025/2026 Masih Tersedia, Ini Caranya
Lis menjelaskan, Gereja Merah memiliki keunikan dari sisi konstruksi bangunan. Sekitar 80 persen material bangunan terbuat dari besi baja dan seng. Sementara, bagian lainnya menggunakan kayu jati berkualitas tinggi.
Gereja ini juga dibangun dengan sistem knock down atau bongkar pasang, sebuah teknik konstruksi yang tergolong maju pada masanya.
Tidak hanya bangunannya yang masih asli, berbagai perlengkapan ibadah di dalam Gereja Merah juga merupakan peninggalan era Belanda.
Mulai dari mimbar pendeta, bejana pembaptisan, hingga perlengkapan sakramen berupa cawan, teko, dan sloki berbahan kuningan yang dibuat pada tahun 1868 masih digunakan hingga kini.
BACA: Danau Tirta Ronggojalu Probolinggo Layak Dikunjungi Saat Libur Nataru
Gereja ini juga menyimpan Kitab Injil berbahasa Belanda kuno yang dibuat pada tahun 1618 hingga 1619. Kitab tersebut disimpan dengan perawatan khusus sebagai bagian dari warisan sejarah dan spiritual gereja.
Salah satu jemaat, Leonar mengaku memiliki kebanggaan tersendiri dapat beribadah di Gereja Merah, terlebih saat perayaan Natal. Menurutnya, suasana ibadah terasa lebih mendalam karena dilakukan di bangunan yang sarat nilai sejarah.
“Gereja Merah setiap Natal selalu digunakan untuk ibadah, dan rasanya sangat khusyuk karena bangunannya bersejarah,” ungkap Leonar.
Meski telah melewati perjalanan panjang lebih dari 1,5 abad, Gereja Merah tetap menjadi pusat kegiatan rohani umat Kristiani di Kota Probolinggo.
