Logo

Menikmati Kopi Saring di Toko Kerabat Jombang yang Bernuansa 90-an

Reporter:,Editor:

Selasa, 30 September 2025 23:00 UTC

Menikmati Kopi Saring di Toko Kerabat Jombang yang Bernuansa 90-an

Sejumlah pengunjung sedang bercengkrama di area depan kafe bernama Toko Kerabat, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Foto: Taufiqur Rachman.

JATIMNET.COM, Jombang – Istilah Toko biasanya digunakan sebagai penunjuk tempat usaha yang menjual kebutuhan, seperti bahan pokok, material bangunan, bahan kue, dan sebagainya.

Namun, salah satu toko di Kabupaten Jombang tidak menyediakan beragam komoditas tersebut. Tidak ada etalase maupun komoditas kebutuhan yang dipajang di dalamnya. Pemandangan ini berbeda dengan toko pada umumnya.

Toko Kerabat yang berada di timur Pabrik Gula Tjoekir, Desa Cukir, Kecamatan Diwek justru menyediakan kopi saring dan bubur ayam. Sejumlah meja ditata memajang dengan dilengkapi kursi berbahan plastik di dalam maupun luar ruangan.

Sejumlah warga yang didominasi kaum Adam biasa nongkrong di sana. Mereka asyik bercengkrama sembari minum kopi saring dan menyantap bubur ayam bersama para kolega maupun keluarga.

Bukan sekadar tempat nongkrong dan ngopi, Toko Kerabat juga mengajak para pengunjungnya menyelami nostalgia masa lalu dengan secangkir kopi saring hangat.

BACA: Nikmatnya Kopi Racikan Difabel di Pelatihan Barista Baznas Mojokerto

Operasional kedai bernama toko itu beroperasi dua kali dalam sehari, yakni mulai pukul 05.30–11.00 WIB dan pukul 16.00–24.00 WIB.

Warga dari berbagai kalangan kerap memanfaatkan kedai itu untuk nongkrong. Mulai dari peziarah makam, santri, hingga warga lokal yang ingin menikmati kopi dengan harga terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp13.000.

Muhammad Rafli Rifki Reza, pemilik Toko Kerabat menyatakan sengaja mempertahankan kata “toko” sebagai identitas. 

"Saya ingin kembali ke masa lalu. Tahun 90-an itu belum ada istilah kedai kopi, apalagi coffee shop. Orang ngopi ya di toko-toko kecil milik orang etnis Tionghoa. Tempatnya sederhana, tapi suasananya akrab, kopinya enak," ujar Rafli saat dikunjungi, Senin malam, 29 September 2025.

Konsep kesederhanaan ini diwujudkan melalui metode penyajian kopi saring manual, tanpa mesin modern. Penerapan metode lama ini agar minuman olahannya terasa jadul dan tetap melestarikan budaya. 

BACA: BI Jatim Akan Dorong Potensi Kopi Wonosalam Jombang

Rafli menyebutkan kalau menu andalan di Toko Kerabat adalah es kopi susu saring yang bisa dinikmati saat pagi maupun malam hari.

"Bagi pelanggan pagi bisa menyantap seduhan kopi pagi yang disingkat Kopag, dan menu khusus pagi juga ada bubur ayam berkuah gurih menjadi pilihan favorit para pelanggan," terang pemilik toko kerabat.

Toko Kerabat bukanlah tempat yang berusaha menjadi hits, melainkan ruang yang justru menemukan keunikan dalam kesederhanaan.

Rafli menambahkan pelanggan yang datang di kawasan Cukir yang kental dengan nuansa religius dan tradisi, Toko Kerabat hadir sebagai oase keakraban. 

"Toko Kerabat ini sebuah perlawanan lembut terhadap arus modern, dengan menjaga warisan rasa dan memori yang hampir terlupakan," imbuhnya.

BACA: Potensi Kopi Bondowoso Tak Kalah dengan Daerah Lain

Lokasi tempat toko ini tetap bisa dikunjungi pelanggan meskipun sekarang sudah tidak menjadi toko kelontong. "Dengan cita rasa kopi saring yang khas, bubur ayam hangat di pagi hari, dan suasana yang penuh keakraban, Toko Kerabat membuktikan bahwa ngopi bukan sekadar gaya hidup, tapi bagian dari budaya," tutupnya.

Salah satu pelanggan setia Toko Kerabat bernama Hatta lebih suka di kafe ini saat pagi pagi. Kedatangannya sarapan sehabis salat subuh. Bahkan, malam harinya ia kembali bersama teman-temannya, karena lokasinya cocok untuk berkumpul berdiskusi.

"Habis subuhan, saya selalu mampir ke sini. Buburnya sedap, kopinya nendang. Tempatnya juga nyaman, bisa ngobrol atau sekadar duduk sendiri. Di sini bisa jadi rumah kedua, sebab Toko Kerabat ini rasanya beda sama kafe-kafe di tempat lainnya," tuturnya.