Jumat, 23 August 2019 13:45 UTC
Foto: Ilustrasi/Pixabay.
JATIMNET.COM, Surabaya – Konsultan Orang Tua Anak Kebutuhan Khusus (ABK), Muhammad Ferous memaparkan tiga konsep dalam menemukan bakat anak.
“Tiga hal tersebut adalah produktivitas, keunikan, dan kekuatan atau performa masing-masing anak,” kata Ferous saat diwawancarai usai seminar Strengh Based Aproach for Special Needs Childern di Vinivici Jalan Manyar, Jumat 23 Agustus 2019.
Ia menjelaskan produktivitas ini bukan hanya hal fisik dalam bentuk barang atau jasa, tapi juga non fisik yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Seperti halnya sikap dan sifat baik pada orang lain.
Selanjutnya keunikan dari setiap anak akan menjadi tolok ukur, kata Ferous, hal ini karena setiap manusia mempunyai keunikan dan ciri yang berbeda-beda.
BACA JUGA: Indonesia Kekurangan 9 Juta Bakat Digital Hingga 2030
“Artinya tidak ada orang yang kombinasinya sama. Ada penelitian yang menemukan 34 tema bakat, tapi dari tema tersebut tidak ada satupun orang yang sama, nah itulah yang disebut bahwa setiap orang itu berharga,” kata dia.
Terakhir mengukur kekuatan atau performa anak, kata dia, hal ini dapat dilihat dengan anak yang mampu melakukan kemampuannya tanpa merasa terbebani. Karena ada pula orang yang bisa melakukan suatu hal, tapi cepat merasa lelah dan capek.
Ia menjelaskan dalam hal performa seharusnya setiap anak yang melakukan aktivitas, maka semakin bahagia dirinya.
“Inilah yang dimaksud dengan menemukan bakat. Jadi kita meningkatkan kelebihan dan tidak melulu melihat kekurangan dan kelemahan anak,” katanya.
BACA JUGA: Pemkot Luncurkan Aplikasi SMES untuk Menunjang Bakat Siswa
Memahami konsep menemukan bakat ini sangat diperlukan, Ferous mengatakan semakin anak merasa terbebani dengan aktivitasnya, akan menyebabkan penyimpangan moral dan nilai. Sehingga anak akan menjadi nakal dan berperilaku menyimpang.
Di samping itu, penyelenggara seminar Ita Kuntasari mengungkapkan kegiatan ini untuk mengedukasi orang tua yang suka menuntut anaknya menjadi seorang yang diinginkan.
“Nah khususnya pada ABK selama ini yang sering kami lihat adalah fokus pada memperbaiki kelemahan, tidak fokus bagaimana menguatkan pada kekuatannya,” kata dia.
Kuntasari berharap dengan adanya konsep yang dipaparkan dapat mengubah orang tua maupun guru melihat kemampuan anak. Karena pada dasarnya tidak ada makhluk yang diciptakan oleh tuhan dengan sia-sia, pasti ada manfaatnya.