Sabtu, 13 July 2019 23:30 UTC
TANGKAL RADIKALISME. Pemkot Surabaya menyelenggarakan Silaturahmi Nasional Bu Nyai seluruh Indonesia untuk merumuskan cara menangkal paham radikalisme. Foto: Khorotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengumpulkan Bu Nyai seluruh Indonesia untuk merumuskan cara menangkal paham radikalisme. Upaya tersebut sebagai bentuk respons terhadap dinamika sosial keagamaan yang terjadi di Indonesia.
“Ini bagus karena seluruh potensi harus kita kerahkan, terutama untuk masalah radikalisme ini,” kata Risma di sela acara pembukaan Silaturahim Nasional (Silatnas) di Fairfield Hotel, Jalan Mayjend Sungkono Surabaya, Sabtu 13 Juli 2019.
Silatnas yang baru pertama kali digelar di Surabaya ini untuk mencari solusi bersama atas kebutuhan umat.
Menurutnya, paham radikalisme yang dulunya hanya menyerang kaum laki-laki, sekarang mengarah ke perempuan dan anak. Oleh sebab itu, saat ini perlu ada sinergi antara pesantren, perempuan, dan pemerintah.
BACA JUGA: Peran Bu Nyai Sangat Diperlukan untuk Membantu Kiai dan Pemerintah
“Karena itu kita harus bergerak bersama, terutama untuk penyelamatan generasi penerus bangsa,” kata dia.
Risma menjelaskan pemkot akan menekan paham radikalisme baik dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), pelajar maupun masyarakat umum. Selain itu pihaknya akan menjalin kerjasama dengan kalangan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam mengadakan pengajian.
“Kami di Masjid Al Muhajirin itu juga rutin mengadakan pengajian, bagaimana Islam yang ramah, Islam yang indah, itu sudah kita mulai dengan Fatayat NU dan Muhammadiyah,” kata dia.
Pemkot Surabaya juga turun ke sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman kepada para pelajar, lanjut Risma, dengan mengajarkan anak-anak bahwa Islam itu damai, indah dan saling menjaga toleransi antar umat beragama. Hal tersebut tak lain untuk menangkal radikalisme.
BACA JUGA: Kiai Pesantren, Pastor Paroki dan Tausiyah Hari Anti Tambang
Risma berpendapat, kalau upaya dan komitmen ini juga diterapkan di kota atau kabupaten lain, ke depannya tidak perlu ada ketakutan lagi penyebaran paham radikalisme tersebut.
“Kalau itu seluruh nusantara bergerak, maka tidak perlu ada ketakutan lagi. Karena selama ini kan bisa itu (penyebaran radikalisme) dari mana ke mana. Tapi kalau semua bergerak, Insya Allah semua terlindungi,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, H Muhammad Zaki Hadzik menyampaikan, melalui pertemuan tersebut pihaknya ingin membangun frame yang sama dengan NU di kalangan pesantren perempuan. Frame tersebut dalam artian bagaimana mengajarkan anak-anak Islam yang rahmatan lil alamin.
BACA JUGA: Delapan Kampus Disusupi kelompok Islam Benih Radikalisme
“Sehingga ketika Bu Nyai ini muncul, maka peran-peran yang tidak tersentuh oleh Kiai dan pemerintah, bisa tergarap dengan indah, apik, dengan frame yang sama dengan NU, dengan bingkai yang sama dengan NU,” kata Gus Zaki sapaan akrabnya.
Ia berharap hasil dari Silatnas ini bisa dipraktikkan ke dalam masyarakat melalui peran serta Bu Nyai.
”Kami ingin Bu Nyai itu masuk ke sana, memberikan edukasi bahwa keluarga itu harus utuh dibangun, dijauhkan dari radikalisme, dijauhkan dalam hal-hal kekerasan,” katanya.
