Senin, 24 June 2019 06:09 UTC
Ilustrasi Gilas Audi
JATIMNET.COM, Surabaya - Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) mengungkapkan Kota Surabaya menghasilkan 1.600 ton sampah rumah tangga setiap hari.
Kabid Kebersihan DKRTH Agus Hebi DJ mengatakan, sejauh ini sampah yang dihasilkan tersebut masih tergolong stagnan. Meski demikian, pihaknya terus berusaha agar jumlahnya menurun.
“Kami berusaha mengurangi sampah dan mengelolanya sesuai dengan target. Terutama untuk sampah rumah tangga, harus turun sekitar 20 persen per tahunnya,” kata Hebi, saat diwawancarai melalui telepon, Senin 24 Juni 2019.
BACA JUGA: Lima Peti Kemas Sampah di Jatim Telah Dipulangkan
Cara mengelola sampah rumah tangga, DKRTH menggunakan beberapa program yang telah berjalan. Contohnya, bank sampah, kerja bakti, Bus Suroboyo, dan sosialisasi untuk tidak menggunakan kemasan dari bahan plastik.
Hebi mengungkapkan beberapa sosialisasi yang di lakukan DKRTH selama ini ialah mengimbau masyarakat Surabaya untuk menggunakan kemasan yang tidak sekali pakai.
“Misalnya, masyarakat bisa pakai tepak makan untuk makanan atau mug untuk minuman yang biasa digunakan sehari-hari. Itu yang terpenting,” kata Hebi.
BACA JUGA: Pemprov Jatim Perluas Jaringan CCTV di Sungai Brantas
Tentunya, hal ini harus diimbangi dengan sosialisasi dari pemerintah pusat. Agar masyarakat lebih sadar mengenai bahaya sampah plastik di kemudian hari. Dari hasil penelitian DKRTH, sebanyak 19 persen sampah yang ada di Surabaya adalah sampah plastik.
"19 persennya itu tidak hanya dari sampah rumah tangga saja, tapi semuanya,” kata dia.
Sosialisasi ini tidak berhenti di situ saja, kata Hebi, tim DKRTH akan terus mengimbau beberapa rumah makan siap saji untuk mengubah wadah sajian makanannya menggunakan bahan selain plastik.
Tapi yang diutamakan memang rumah tangga, karena menurutnya sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga jauh lebih banyak daripada restoran di Surabaya.
BACA JUGA: Pemprov Jatim Konsultasi dengan Bea Cukai Sikapi Impor Plastik
“Yang susah ini kan yang tidak terlihat seperti sampah rumah tangga. Sudah kita imbau untuk stop menggunakan sedotan dan kantung plastik,” ujarnya.
Selain itu, ia juga memaparkan bahwa sampah di Kota Surabaya setiap tahunnya bisa teratasi dengan baik. Sehingga, meski warganya semakin banyak, sampah-sampah tersebut tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
Bukti pengolahan sampah dilakukan dengan mengelola limbah sampah plastik, sandal bekas, tumbuhan, dan lain sebagainya menjadi lebih bermanfaat bagi warganya.
BACA JUGA: DKRTH Surabaya Angkut 50 Ton Sampah selama Ramadan
“Lihat saja itu, sandal bekas kami ubah jadi alas jogging track di taman. Lalu ada juga pupuk kompos yang bisa diambil secara gratis oleh warga, juga ada kerajinan tangan dari bungkus plastik deterjen menjadi tas. Itu beberapa contoh bahwa kami mampu menangani sampah,” kata Hebi.
Hebi menegaskan bahwa selama ini jumlah sampah-sampah tersebut tidak mengalami kenaikan jumlah per harinya. DKRTH berupaya melakukan pengurangan, agar sampah di kota Pahlawan tidak semakin menumpuk.
“Kami terus upayakan, paling enggak tidak membeludak lah. Kami bisa kelola sampah tersebut,” katanya
