Minggu, 14 December 2025 08:29 UTC

Sosialisasi kebencanaan yang digelar BPBD Jatim terkait ancaman hujan ekstrem. Foto: Zulafif
JATIMNET.COM, Probolinggo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur terus memantau potensi munculnya bibit siklon tropis di perairan selatan Indonesia. Kondisi atmosfer yang tidak stabil dinilai berpeluang memicu pembentukan siklon yang dapat berdampak luas, termasuk terhadap cuaca ekstrem di Jawa Timur.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim, Dadang Iqwandy, menyampaikan bahwa dinamika cuaca saat ini menunjukkan sejumlah indikator yang patut diwaspadai. Menurutnya, pengalaman sebelumnya membuktikan bahwa kemunculan siklon tropis dapat membawa dampak serius.
“Kami tidak ingin lengah. Belajar dari kejadian sebelumnya, sinyal siklon tropis pernah memberikan dampak besar, seperti yang terjadi di Aceh,” kata Dadang.
BACA: Begini Cerita Korban Banjir Bandang yang Menerjang Lereng Argopuro Probolinggo
Ia menjelaskan, potensi pembentukan siklon tidak lepas dari kondisi atmosfer yang dipengaruhi berbagai fenomena global. Aktifnya monsun Asia, anomali Madden Julian Oscillation (MJO), serta gelombang Kelvin dan Rossby ekuator menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan awan hujan intens.
Selain itu, masuknya seruak udara dingin dari wilayah Siberia turut memperkuat ketidakstabilan atmosfer di kawasan Indonesia, khususnya wilayah selatan Jawa. Kombinasi faktor tersebut meningkatkan peluang terbentuknya sistem cuaca ekstrem, termasuk siklon tropis.
Di tengah kewaspadaan terhadap potensi siklon, BPBD Jatim juga mengingatkan masyarakat akan ancaman hujan lebat hingga ekstrem yang diperkirakan mulai meningkat sejak pertengahan Desember 2025 hingga awal Januari 2026.
BACA: Hujan Ekstrem Mengintai Jawa Timur, BPBD Jatim Imbau Warga Tingkatkan Kesiapsiagaan
Berdasarkan laporan BMKG, intensitas hujan di sejumlah wilayah Jawa Timur diperkirakan meningkat dan berpotensi disertai angin kencang. Kondisi ini meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan banjir rob di wilayah pesisir.
“Masyarakat di daerah rawan bencana, terutama lereng pegunungan, wilayah curam, dan pesisir, harus meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini,” ujar Dadang.
Ia juga mengimbau warga untuk selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca dari sumber resmi serta segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda awal bencana di lingkungan sekitar.
“Kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjadi kunci untuk meminimalkan dampak dari cuaca ekstrem,” tutupnya.
