Logo

Suplai Makanan Perlu Diintegrasikan Hulu hingga Hilir

Reporter:,Editor:

Rabu, 23 January 2019 10:44 UTC

Suplai Makanan Perlu Diintegrasikan Hulu hingga Hilir

Gubernur Jawa Timur Soekarwo memberikan pandangan tentang ketersediaan bahan makanan di akhir 2018 hingga awal tahun 2019. Foto: baehaqi Almutoif.

JATIMNET.COM, Surabaya – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur telah melakukan evaluasi dengan membahas proyeksi kinerja lima tahun kedepan. Prioritas utama adalah meningkatkan nilai tambah petani agar mendapat akses pembiayaan dari perbankan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah mengatakan bahwa dirinya ingin sekali mengintegritaskan antara hulu dan hilir dalam suplai makanan sebagai upaya menambah nilai tambah petani.

“Itu harus berjalan dengan baik semuanya, dan integrasi suplai makanan antara hulu dengan hilir perlu dilakukan,” ujar Difi dalam High Level Meeting TPID di JW Marriott Hotel, Rabu 23 Januari 2019.

BACA JUGA: TPID Probolinggo Antisipasi Kenaikan Inflasi November-Desember

Untuk hulu, ia melanjutkan, masih ada satu pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, yakni akses pembiayaan sektor pertanian. Terutama pada lembaga keuangan seperti perbankan yang saat ini masih juga ragu menyalurkan kredit kepada petani.

“Jadi kita mendorong agar ada semacam profiling (pengelompokan) dari pertani maupun gapoktan (gabungan kelompok tani) agar bisa dikenal oleh bank. Itu penting,” ungkap Difi.

Menurutnya, lembaga keuangan membutuhkan rating (pemeringkatan) dari petani. Karena lembaga keuangan butuh hal itu sebelum benar-benar menyalurkan dananya. Mereka cenderung ragu jika belum mengenal secara detail petani.

“Kalau ada profiling perbankan pasti mau. Adanya KUR, memungkinkan terintegrasi. Kami (BI) nanti akan lebih banyak di sisi hulu untuk pendampingan,” bebernya.

Sedangkan di sisi hilir, masih menurut Difi, pihaknya sedang mempertimbangkan pemasaran hasil pertanian melalui online (daring). Banyaknya pertumbuhan market place diharapkan mampu mengefisienkan perdagangan pangan sebenarnya.

BACA JUGA: Ini Ancaman Petani Padi Jika Kemarau Panjang

Sementara di tempat yang sama, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengakui kebutuhan bahan pokok, terutama beras masih menjadi faktor utama terjadinya inflasi.

Meski demikian, Soekarwo memastikan stok beras di Jawa Timur tahun ini masih aman. “Kalau beras kami punya stok satu juta ton di Oktober dan awal November. Sedangkan ketersediaan nasional sudah mencapai sekitar 2,5-3 juta ton,” kata Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Sedangkan awal tahun 2019, Januari minggu kedua hingga bulan Februari, dia memastikan bahwa ada ketersediaan pasokan beras mencapai 625 ribu ton.