Kamis, 16 December 2021 01:00 UTC
Salsabila (paling depan) dan kedua temannya mempraktekkan alat Getah Pari Hybrid
JATIMNET.COM, Ponorogo – Tiga siswi SMP N 1 Jetis berhasil membuat alat untuk menghasilkan energi listrik terbarukan dari air hujan dan cahaya matahari.
Mereka adalah Salsabila Dinis Oktavista, Meylani Putri Eka Wardani, dan Nasywa ‘Aziizatuz Zahro, ketiganya merupakan siswa kelas sembilan SMP. Alat yang mereka beri nama Getah Pari Hybrid atau Getaran Air Hujan dan Panas Matahari, dimana alat tersebut dapat menghasilkan energi di segala kondisi musim.
Salsabila mengatakan, latar belakang ia bersama kedua temannya untuk membuat alat Getah Pari Hybrid tersebut karena kebutuhan masyarakat saat ini tidak lepas dari yang namanya listrik. Sementara kebutuhan listrik setiap tahunnya terus mingkat, dimana saat ini sumber listrik utama hanyalah dari PLN.
Sementara untuk menghasilkan listrik tersebut saat ini masih mengandalkan energi dari bahan bakar fosil yang merupakan sumber daya alam tidak dapat diperbaharui. Dari beberapa permasalahan tersebut ia kemudian berkeinginan untuk memanfaatkan energi air hujan dan sinar matahari yang terus melimpah di negera iklim tropis seperti Indonesia.
Baca Juga: Tiga Mahasiswa IAIN Ponorogo Berhasil Membuat Jenang Dari Kulit Durian
“Cahaya matahari dan hujan kan kalau di Indonesia tidak ada habisnya, untuk itu kami membuat pembangkit listrik yang bisa mengoptimalkan iklim di Indonesia,” kata Salsabila, Kamis 15 Desember 2021.
Beberapa rangkaian elektronik pun terlihat terangkai menjadi satu di Getah Pari Hybrid, yakni Panel Surya, Sensor tekanan, sensor air hujan, sensor cahaya, voltmeter, modul step up, modul arduino nano, motor servo, dan sebuah aki sebagai penyimpan arus listrik sementara.
“Cara kerjanya cukup sederhana, ketika terik matahari, panel surya akan merubah cahaya menjadi energi listrik, ketika hujan, maka rintik air hujan akan mengubah energi kinetik menjadi energi listrik,” jelas Salsabila.
Ia menerangkan untuk menghasilkan energi listrik Getah Pari Hybrid dapat menangkap sinar matahari menjadi energi listrik dari dua buah panel surya. Sementara diatas dua panel surya terdapat sebuah atap yang terbuat mika transparan dan tepat dibawah atap mika terpasang 10 buah sensor getaran yang dapat merubah energi kinetik dari rintik air hujan menjadi energi listrik.
Baca Juga: Art Exibition 4D, Kebudayaan Pesisir Dalam Karya Anak dan Remaja
Atap mika transparan tersebut dapat terbuka maupun menutup secara otomatis tergantung dengan kondisi cuaca. Dimana saat kondisi matahari terik maka atap mika transparan yang terdapat sensor getaran akan terbuka akibat adanya sensor cahaya yang memerintahkan motor servo untuk membuka atap.
“Ketika hujan turun maka sensor air hujan akan memerintahkan motor servo untuk menutup atap mika agar panel surya terlindungi dari air hujan dan digantikan energi kinetik untuk menghasilkan listrik,” ujar Salsabila.
Ia menuturkan Getah Pari Hybrid saat ini cukup untuk menghasilkan arus listrik yang mampu digunakan untuk menghidupkan berbagai macam perangkat elektronik dengan sumber tegangan DC, seperti gawai, lampu emergency, dan segala perangkat elektronik dengan tegangan 5 volt DC.
Salsabila menambahkan, Getah Pari Hybrid sempat meraih Juara Dua Nasional dan juga Penyaji Terbaik dalam ajang Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (Kopsi) kategori IPA SMP pada awal Desember ini. “Dalam pengembangannya kami sempat kesulitan untuk mengumpulkan data-data seperti intensitas sinar matahari dan air hujannya,” imbuh Salsabila.
Sementara itu Guru Pembimbing, Dwi Sujatmiko, menjelaskan jika ketiga siswanya sudah mulai melakukan uji coba pengembangan Getah Pari Hybrid sejak Januari 2021 lalu.
Dibutuhkan waktu cukup lama karena memang siswanya harus belajar untuk melakukan coding untuk madul arduino nano yang bertugas mengatur berbagai macam sensor. “Untuk biaya pembuatan Getah Pari Hybrid ini masih dibawah Rp 1 juta,” pungkas Sujatmiko.
