Selasa, 25 June 2019 02:14 UTC
PENYIRAM OTOMATIS. SMKN 1 Glagah Banyuwangi memamerkan Sistem Irigasi Otomatis Tenaga Matahari (SiroTangar), penyiraman yang dilengkapi listrik tenaga surya, sensor kelembapan dan pengendali jarak jauh melalui gawai android. Foto: Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Surabaya – Taman di halaman sekolah yang luas membuat pelajar di SMKN 1 Glagah Banyuwangi menciptakan “Siro Tangar”, sebuah alat penyiram otomatis bertenaga surya. Alat ini pun bisa dikendalikan dengan pengendali jarak jauh melaui smartphone.
Penyiram yang dilengkapi sensor kelembapan ini dipamerkan dalam pembukaan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) di lingkungan Gelanggang Olahraga (GOR) Tawang Alun Banyuwangi, Senin 24 Juni 2019.
Salah satu perancang alat ini, Oka Bayu mengatakan seperangkat ini dinamakan Sistem Irigasi Otomatis Tenaga Matahari (SiroTangar). Ide membuat SiroTangar muncul saat dia melihat taman sekolah yang sangat luas.
BACA JUGA: Komunitas Sengker Kuwung Belambangan Kembangkan Kamus Bahasa Using Daring
Dia berpikir akan menghemat tenaga dan waktu bila penyiraman diubah dari manual ke otomatis. Karya Oka dan timnya juga telah dicoba dipasang dan dijalankan di taman lingkungan sekolah mereka.
"Sekolah kami besar, punya taman banyak, jadi butuh efisiensi penyiraman. Bagaimana kita menciptakan alat yang lebih efisien," kata Oka.
Perangkat keras yang terpasang di antaranya selembar papan solar cell dan tiang penyangga dari besi, aki, kabel, selang air, pemecahan air sehingga menyebar, sensor kelembapan, dan wifi. Semuanya mereka beli dengan harga Rp 3 juta.
BACA JUGA: Kemah Ilmiah LIPI di Banyuwangi Pesertanya Capai 1.000 Pelajar
SiroTangar juga dilengkapi rekaman suara peringatan yang akan diputar sebelum air menyembur. Kemudian penyiraman dari paralon tegak itu akan bekerja selama 15 detik.
Oka menjelaskan perlengkapan akan otomatis menyiram tanaman saat sensor menangkap kelembapan di atas 60 persen hitungan aplikasi. Aplikasi gawai bernama Greenduino itu juga menyediakan tombol penyiraman yang bisa digunakan tanpa menunggu kelembapan tertentu.
"Semakin tinggi persentase kelembapan, berarti semakin kering area tanaman itu," ujar Oka lagi.
BACA JUGA: Perizinan dan Dokumen Publik Bisa Selesai Lewat Daring di Banyuwangi
Dia mengatakan SiroTangar didesain dan dibuat selama sebulan oleh empat orang siswa. Selain Oka, ada Mikhael Candra, Yohanes Brian, Mohamad Arsy yang kini duduk di bangku kelas 3 jurusan Teknik Informatika.
Mereka kompak melatih inovasi sesuai bidang keahlian untuk bersiap menghadapi era industri 4.0 di mana sistem yang mengandalkan sensor, remote dan machine learning jamak digunakan.
Teknologi yang mereka kembangkan sebetulnya melanjutkan inovasi yang sebelumnya dibuat kakak kelas. Sebelumnya penyiraman itu mengikuti penjadwalan waktu sehingga tidak perlu dijaga atau disiram secara manual.
BACA JUGA: Konsep Tambak Ramah Lingkungan Banyuwangi Akan Dipadukan dengan Ekowisata
Menurut Oka, kelemahannya kurang efisien karena akan tetap menyiram secara otomatis sesuai jadwal meskipun hari itu turun hujan. Penyiraman otomatis tentu mubazir karena area tanaman sudah tersirami air hujan.
"Awalnya berminat kembangkan inovasi sebelumnya berupa penyiram otomatis dari kakak kelas, menjadi penyiraman berbasis micro controller sensor dan aplikasi," kata dia.
Waka Huma SMK N 1 Glagah Bambang Sulistio mengatakan SiroTangar digagas, didesain dan diimplementasikan sendiri oleh Oka dan timnya. Pihaknya mendukung dengan menyertakannya dalam berbagai pameran untuk mengangkat karya siswa tersebut.
BACA JUGA: November, Banyuwangi Gelar Lomba Paduan Suara Gending Osing
Dia mengakui belum banyak siswa yang memiliki gagasan untuk membuat inovasi karena mereka cenderung lebih suka menjadi pengguna gawai.
"Pada gawai kebanyakan pelajar menjadi pengguna. Mereka ini yang punya ide kreatif bahwa panas sayang kalau dibuang, akhirnya jadilah SiroTangar," kata Bambang.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bersama Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nur Tri Aries Suestiningtyas juga meninjau stan pameran SMKN 1 Glagah.
Bahkan Anas membuat video promosi yang memperkenalkan perlengkapan buatan siswa itu. "Jadi bertani bisa keren. Tidak harus datang ke sawah. Menyiram dan lain-lain bisa dilakukan secara remote," kata Anas di depan kamera.