Kamis, 20 August 2020 09:00 UTC
PEMBELAJARAN TATAP MUKA. Salah satu sekolah SMK di Mojokerto yang menggelar pembelajaran tatap muka. Foto: Karin/Dokumen
JATIMNET.COM, Surabaya - Wakil ketua DPRD Jawa Timur, Anwar Sadad meminta Pemprov Jatim menahan untuk membuka sekolah secara menyeluruh. Pasalnya, politikus Partai Gerindra itu khawatir, sekolah akan menyebabkan penularan Covid-19 di Jatim semakin tinggi.
Karena banyak siswa yang tidak siap menerapkan protokol kesehatan secara ketat saat. Sadad menilai, kebijakan ini memperhatikan serta mematuhi saran epidemiolog.
"Lebih baik kebijakan yang diambil harus memperhatikan rekomendasi dari ahli, scientific dan epidemologi karena ini bukan sakit biasa," ujar Sadad, Kamis 20 Agustus 2020.
Menurutnya, pandemi Covid-19 tidak bisa dianggap sebelah mata. Telah banyak pasien yang terinfeksi virus SARS CoV-2 ini. Di Jatim, kata Sadad, kurva penularan belum menunjukkan tren membaik.
BACA JUGA: Gubernur Khofifah: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Tetap Wajib Terapkan Protokol Kesehatan
Kalaupun ingin membuka sekolah harus dikaji secara matang. Jangan sampai justru terjadi penularan dikalangan siswa. "Apalagi, ada siswa di Kabupaten Tulungagung yang dinyatakan positif Covid-19, sehingga harus dijadikan pertimbangan sebelum membuka sekolah di wilayah lain," tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Wahid Wahyudi disela meninjau uji coba sekolah di SMAN Kota Probolinggo, Selasa 18 Agustus 2020 lalu mengatakan, dalam penerapan belajar tatap muka, ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi sekolah.
Diantaranya mendapatkan rekomendasi dari gugus tugas Covid-19 dimasing-masing daerah. Kedua, mendapat persetujuan walikota/bupati, terakhir mendapat surat persetujuan tertulis dari orang tua.
BACA JUGA: Tiga Sekolah SMA/SMK di Mojokerto Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Siswa Hanya Boleh 25 Persen
"Dari hasil tinjauan kita di SMAN 2 Kota Probolinggo dan SMKN 2 Kota Probolinggo, para siswa gembira bisa masuk pembelajaran tatap muka. Dari dialog yang dilakukan bu gubernur mereka mengatakan jika belajar jarak jauh kurang efektif," terangnya.
Wahid punya pertimbangan membuka sekolah dengan belajar tatap muka. Menurutnya, banyak daerah yang tak terjangkau internet saat pembelajaran daring dilakukan. Selain itu, keterbatasan gawai sebagai media dalam belajar juga menjadi kendala yang banyak ditemui.
"Dari hasil ujicoba ini kita akan evaluasi yang dilakukan pada akhir Agustus nanti. Dan hasilnya akan menentukan kebijakan selanjutnya," ungkapnya.
Sementara, menurut Wahid dari 1,3 juta siswa SMA/SMK dan SLB di Jawa Timur, hanya 1,04 persen yang ikut uji coba belajar tatap muka. Setara 18 ribu orang.