Sabtu, 28 September 2019 05:12 UTC
TERUS KELUAR. Lumpur bercampur minyak masih terus keluar di Kutisari Indah Utara III, Surabaya. pemkot Surabaya masih menunggu pemerintah pusat untuk menanganinya. Foto: Khoirotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya menunggu keputusan pemerintah pusat dalam menangani semburan minyaK yang terjadi di halaman rumah warga DI Jalan Kutisari Indah Utara III Surabaya.
Sejak terjadinya semburan minyak pada 23 September 2019 lalu, pemerintah kota hanya berupaya mengamankan kawasan tersebut.
Kepala Seksi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Lingkungan Hidup DLH Surabaya Ulfiani Ekasari mengatakan, pihaknya sudah mengirikam surat dan laporan adanya semburan minyak pada 25 September 2019 lalu.
BACA JUGA: Pakar ITS Anggap Semburan Minyak dan Gempa Tidak Berkaitan
“Kabarnya Senin atau Selasa orang pusat akan datang untuk melakukan pengecekan,” kata Ulfiani saat ditemui di Kantor DLH Surabaya, Sabtu 28 September 2019.
Sebelumnya, DLH juga sudah meminta kerjasama dengan Pertamina untuk melakukan penelitian terkait semburan minyak tersebut. Sayangnya, Pertamina tidak bisa melakukan tindakan tanpa arahan dari SKK Migas.
Ulfiani mengungkapkan SKK Migas pun tidak memiliki kewenangan mengeluarkan surat tugas pada Pertamina jika tanpa rekomendasi pemerintah pusat. Karena itu, hingga saat ini DLH hanya mengukur dampak pencemaran dan menyimpan minyak yang keluar.
BACA JUGA: Titik Semburan Minyak di Kutisari Bekas Lahan Sumur Lantung
“Karena migas dan energi tupoksinya ada di pemerintah pusat. Itu berdasarkan UU 23 tahun 2014 tentang pembagian daerah,” kata dia.
Ia menjelaskan hingga saat ini kawasan tersebut harus terbebas dari asap rokok dan juga api. Karena semburan tersebut mengandung gas metan yang mudah terbakar.
Hari kedua cukup tinggi, kata Ulfiani, gas methan mencaapai 86 persen, dan hari ketiga menurun 70 persen, keempat menurun 66 persen, dan update terakhir pada Jumat 26 September 2019 lalu turun hingga 40 persen.
BACA JUGA: Pemkot Surabaya Terus Pantau Semburan Minyak di Kutisari
“Tapi meski sudah 40 persen, sebisa mungkin tidak ada yang merokok atau menyalakan korek api di kawasan tersebut,” kata Ulfiani.
Ia juga menjelaskan untuk kualitas udara atau sulfur dioksida (SO2) kadang tidak layak hirup, dan kadang juga masih aman. Sehingga warga yang berada di lokasi tersebut harus mengenakan masker.
Tercatat hingga saat ini, SO2 sudah menurun hingga 700 nm (nanometer), kata Ulfiani, yang mulanya mencapai 1.300-1.400 nm. Sedangkan batas baku mutu SO2 sebesar 900 nm.
BACA JUGA: Semburan Lumpur Berbau Gas Kagetkan Warga Kutisari Utara
“Biasanya SO2 akan tinggi ketika siang hari, yakni mencapai kurang lebih 1.000 nm, sedangkan malam relatif menurun, hanya 700 nm,” katanya.
Ulfiani juga menyampaikan saat ini sudah sebanyak kurang lebih 60 drum minyak yang dihasilkan dari semburan di Kutisari.
“Banyaknya drum tersebut ada yang di taruh di gedung CSR swasta, sedangkan sebagian ada yang ditaruh di lapangan dan dijaga oleh petugas,” kata dia.