Selasa, 24 September 2019 09:14 UTC
Petugas Linmas Pemkot Surabaya melihat semburan yang diduga mengandung minyak di Jalan Kutisari Indah Utara, Surabaya, Selasa 24 September 2019. Foto: Khoirotul Lathifiyah.
JATIMNET.COM, Surabaya – Pemkot Surabaya akan terus memantau titik semburan minyak di Jalan Kutisari Indah Utara III Nomor 19 dalam satu minggu ke depan. Pantauan dilakukan untuk melihat lebih lanjut kondisi tanah dan minyak di rumah warga.
“Warga tidak perlu khawatir, karena semburan murni minyak, bukan lumpur. Jangan dibandingkan dengan lumpur lapindo (Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo),” kata Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana saat sidak, Selasa 24 September 2019.
Pemkot, lanjut Whisnu, sudah mencari tahu penyebab semburan tersebut. Bahkan sejak Senin 23 September 2019 pemkot sudah mengerahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (PUBMP), dan tim dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
“Kami sudah menyiapkan alat untuk memantau udara di sekitar. Kondisinya sudah turun kadar sulfurnya. Sebelumnya sempat bau seperti belerang, sekarang mulai normal,” kata bungsu dari tiga bersaudara itu.
BACA JUGA: Semburan Lumpur Berbau Gas Kagetkan Warga Kutisari Utara
Sementara itu, dosen Tekno Geofisika ITS, Amien Widodo, mengatakan terjadinya semburan karena Kota Surabaya merupakan salah satu wilayah yang dikenal dengan cekungan migas Jawa Timur bagian Utara.
“Itu sudah sejak zaman Belanda. Jadi di Surabaya ini sudah ada lapangan minyak milik Belanda sejak 1800-an,” kata dia.
Adapun beberapa wilayah daerah yang diduga terdapat migas meliputi Krukah, Wonokromo, Kutisari hingga Gunung Anyar. Salah satu penyebab semburan karena diduga ada pengeboran, yang jaraknya kira-kira satu kilometer dari semburan.

Papan peringatan larangan merokok dipasang karena semburan diduga mengandung minyak di Jalan Kutisari Indah Utara, Surabaya, Selasa 24 September 2019. Foto: Khoirotul Lathifiyah.
“Kami belum tahu pemicunya, karena tidak ada data gempa. Jadi susah mendeteksi. Bisa jadi karena produksi di bawah tanah meningkat, maka terjadi tekanan ke atas,” Widodo menerangkan.
Selain itu, Amin Widodo menyampaikan semburan tersebut keluar karena ada retakan tanah. Apalagi saat ini masih musim kemarau. Sehingga banyak tanah pecah-pecah yang menyebabkan minyak tanah merembes keluar.
“Untuk kandungan semburannya adalah migas yang bahan utamanya karbon, bukan gas metan,” Amin Widodo memungkasi.
Tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus memantau udara di lokasi semburan hingga area 200 meter. Sebab semburan lumpur berbau minyak dan terus keluar dari dalam tanah. Setidaknya, sudah 12 karung material yang disisihkan dari lokasi semburan.
BACA JUGA: Semburan Lumpur dan Gas di Gresik Belum Berbahaya
Sebelumnya, DLH Surabaya mengatakan dari hasil pengecekan sementara pada Senin 23 September 2019, semburan lumpur yang muncul di sebuah rumah warga masuk kategori berbahaya.
“Kualitas udara di lokasi melebihi batas mutu. SO2-nya (sulfur dioksida) di atas rata-rata, melebihi batas mutu,” ujar Kepala DLH Eko Agus Supiadi Sapoetro.
Sementara batas normal SO2 adalah 900 mikrogram per meter kubik. Namun hasil pengukuran menggunakan monitoring kit, kadar SO2-nya mencapai 1.396,36.
Selain SO2, DLH juga mengukur Nitogen Dioksida (NO), ozon permukaan (O3), dan Karbon Monoksida (CO). Hasilnya, NO 0,0 mikrogram per meter kubik, O3 tercatat 67,86 serta CO-nya 2.165,1 dan temperatur 27,9 derajat.