Logo

Pakar ITS Anggap Semburan Minyak dan Gempa Tidak Berkaitan

Reporter:,Editor:

Selasa, 24 September 2019 22:27 UTC

Pakar ITS Anggap Semburan Minyak dan Gempa Tidak Berkaitan

TAK BERHUBUNGAN. Pakar geologi dari ITS menyebut semburan minyak di Kutisari dan Gresik tidak berkaitan dengan gempa di Tuban. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Ahli Geologi Institut Teknologi 10 November Surabaya, Amien Widodo menyebut terjadinya semburan minyak Jalan Kutisari Indah Utara III, Surabaya tidak disebabkan gempa maupun semburan minyak di Gresik.

“Minyak itu punya istilah cekungan, dan tempatnya sendiri-sendiri. Ibarat baskom (mangkuk), tempatnya berbeda,” kata Widodo saat diwawancarai Jatimnet.com, Selasa 24 September 2019.

Menurutnya gempa yang terjadi di Tuban, Kamis 19 September 2019 tidak bisa disebut sebagai penyebab semburan minyak (di Kutisari). Biasanya gempa menjadi faktor semburan jika terjadi secara bersamaan.

“Kalau gempa berbarengan dengan semburan, itu bisa berhubungan. Tapi kalau jauh-jauh hari, jelas tidak ada hubungannya,” Amien Widodo melanjutkan.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Terus Pantau Semburan Minyak di Kutisari

Dia menjelaskan butuh waktu yang cukup lama untuk mengetahui faktor terjadinya semburan. Oleh sebab itu, pihaknya sudah mengambil sampel minyak untuk dilakukan penelitian selama satu minggu ke depan.

Amien Widodo akan mengumpulkan beberapa data terkait adanya sumur lantung di kawasan Kutisari. Apalagi dahulu kawasan tersebut tidak ada rumah sama sekali.

“Kami mencari data terkait lokasi Kutisari. Sebab dulunya terdapat 35 sumur (minyak) pada zaman Belanda, itu sekitar tahun 1986-an,” katanya.

BACA JUGA: Sumur Tua Gresik Semburkan Lumpur Berbau Gas Setelah 33 Tahun Tidak Aktif

Saat ditanya terkait pipa PGN yang berkarat, Widodo menyampaikan hal tersebut tidak berpengaruh pada semburan. Menurutnya jika ada pipa PGN berkarat dampaknya akan lebih parah. Seperti kebakaran atau ledakan.

PGN, menurutnyamemiliki mekanisme jika ada pipa berkarat. “Kalau pipa PGN yang berkarat bisa ngowos dan menyebabkan kebakaran. Saya kira PGN punya mekanisme untuk mematikan salurannya,” terangnya.

Amien Widodo menjelaskan cairan yang keluar dari semburan tersebut memang tidak berbahaya untuk dihirup. Tapi jika tercampur air yang digunakan warga akan berbahaya. Ia juga mengatakan tidak bisa memprediksi berhentinya semburan tersebut, tapi biasanya terjadi kurang lebih satu bulan.