Senin, 11 February 2019 22:56 UTC
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya Mira Novia didampingi Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RPH Surabaya Bela Bima. Foto: Khoirotul Latifiah.
JATIMNET.COM, Surabaya – Pemerintah Kota Surabaya mengimbau warganya mengetahui gelaja flu yang disebabkan virus H1N1 atau flu babi. Meskipun kawasan Surabaya tidak terdapat kasus tersebut, pemkot memilih langkah preventif dengan menyosialisasikan informasi berkaitan flu babi agar terhindar dari virus H1N1.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Surabaya Mira Novia memastikan hingga saat ini belum ada kasus penyakit flu babi di Kota Pahlawan. Ia bahkan berharap tidak ada warga Surabaya yang terkena virus ini, karena penanganannya sangat ribet dan perlu kehati-hatian.
“Semoga tidak ada. Terus terang penyakit ini dulunya disebarkan babi. Itu sebabnya disebut flu babi dan risikonya tinggi, penangananya juga tidak mudah,” kata Mira di kantor Humas Pemkot Surabaya, Senin 11 Februari 2019.
Penanganan flu babi pada manusia sangat rumit, karena kamar pasien harus terisolasi, perawat dan dokternya harus memakai masker khusus, ambulans harus selalu steril dan harus selalu dibersihkan untuk mencegah penularan.
BACA JUGA: Kementerian Kesehatan Teliti Penyebaran Virus JE Di Bali
Penyakit ini harus diwaspadai. Sebab terkadang babi yang sakit flu tidak menimbulkan gejala, bahkan virus ini kerap tidak memiliki tanda-tanda atau gejala.
“Terkadang sulit untuk mengetahui babi itu sedang flu,” tambahnya.
Gejala-gejala penderita yang terkena virus H1N1 hampir sama seperti flu biasa. Namun hal yang perlu diwaspadai jika penderita disertai batuk, demam dan sesak hingga komplikasi di paru-paru. “Jika sudah seperti itu, harus segera diperiksakan ke dokter," ingatnya.
BACA JUGA: RPH Surabaya Butuh Rp 5 Milliar Untuk Akomodir Unggas
Mira mengimbau agar warga Surabaya yang sedang bepergian ke luar negeri, harus mewaspadai riwayat virus flu babi. Tujuannya untuk mengantisipasi. Salah satunya dengan cara melakukan imunisasi sebelum bepergian.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya Bela Bimajuga memastikan pemotongan babi di instansinya sudah steril dan melalui beberapa pemeriksaan dan proses panjang. Hal ini untuk mengantisipasi penyebaran virus H1N1.
Awalnya, babi-babi itu didatangkan dari daerah-daerah penghasil ternak babi, seperti Blitar, Tulungagung, Situbondo dan beberapa daerah lainnya.
BACA JUGA: Libur Imlek, KAI Periksa Kesehatan Penumpang Gratis Di Gubeng
“Pada saat usia panen, dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan di daerah itu, untuk mengeluarkan rekomendasi. Yakni berupa surat keterangan kesehatan ternak. Ketika tiba di RPH, harus disertai surat,” kata Bima.
Selanjutnya, dokter hewan di RPH akan mencocokkan data dan informasi kesehatan dari surat tersebut. Karenanya, dalam proses pemotongan babi di RPH, difilter atau pemeriksaan dua tahap.
“Pemotongannya juga berbeda dengan sapi maupun kambing. Dalam proses pemotongan babi, virus-virusnya dihilangkan dulu, dan tempatnya berbeda dengan pemotongan sapi dan kambing," kata dia.
Bahkan pemotongan babi itu hanya dilakukan dua hari sekali di RPH, dan sekali potong, rata-rata memotong 200 babi.