Logo

Masih Muda Tapi Sudah Kena Rematik, Ini Penyebabnya

Reporter:

Senin, 13 October 2025 00:00 UTC

Masih Muda Tapi Sudah Kena Rematik, Ini Penyebabnya

ilustrasi rematik. Foto: Freepik.com

JATIMNET.COM – Penyakit rematik yang dulunya identik dengan orang lanjut usia, kini telah banyak menyerang generasi muda. 
Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor. Tidak hanya genetik, tetapi juga gangguan autoimun, infeksi, gaya hidup, hingga stres kronis. 
Dampaknya, generasi muda, termasuk remaja mulai mengalami nyeri, kaku, dan pembengkakan sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari. 
Dalam tinjauannya di laman alodokter, dr Marianti menjelaskan faktor penyebab rematik di usia muda. 

1.    Faktor genetik
Rematik berpotensi tinggi menyerang seseorang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat penyakit ini. Kerentanan ini terjadi karena adanya faktor genetik yang dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih sensitif dan mudah menyerang jaringan sendiri. 

Maka, bagi seseorang dari keturunan yang pernah mengalami rematik atau penyakit autoimun disarankan lebih waspada terhadap tanda-tanda penyakit ini. Indikasi rematik pada usia muda, di antaranya mengalami nyeri, kaku, dan pembengkakan sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari. 

2.    Gangguan sistem imun
Rematik dapat menyerang sebagian anak muda ketika sistem kekebalan tubuh mengenali jaringan sendi. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan juvenile idiopathic arthritis yang sering muncul pada remaja.

Akibat peradangan kronis tersebut, sendi menjadi bengkak, nyeri, kaku, dan lama-kelamaan dapat mengalami kerusakan permanen bila tidak ditangani dengan tepat.

3.    Infeksi tertentu
Kondisi dapat memicu reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang akhirnya menyerang jaringan sendi. 

Misalnya, infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus dapat menyebabkan peradangan sendi reaktif. Kemudian, infeksi virus, seperti hepatitis B dan C juga dikaitkan dengan peningkatan risiko rematik. 

Pada beberapa orang, gejala rematik bahkan baru muncul beberapa minggu setelah infeksi utama sembuh.

4.    Cedera berulang
Aktivitas fisik yang terlalu berat atau cedera sendi yang berung kali dialami anak muda menjadi salah satu faktor pemicu serangan rematik. 
Cedera yang tidak ditangani dengan baik dapat mempercepat kerusakan jaringan sendi dan meningkatkan risiko terjadinya rematik di kemudian hari.

5.    Kebiasaan merokok
Merokok dalam jangka panjang sejak usia muda disebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun, termasuk rematik. Sebab, kandungan zat kimia dalam rokok dapat merusak keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan pada jaringan sendi. 

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mulai merokok sejak dini berisiko lebih cepat mengalami gejala rematik dibandingkan mereka yang tidak merokok.

6.    Obesitas
Berat badan berlebih (obesitas) dapat memberikan tekanan berlebihan pada sendi, terutama di area lutut dan pergelangan kaki, sehingga meningkatkan risiko peradangan dan kerusakan sendi. 

Selain itu, penumpukan lemak tubuh juga dapat memicu pelepasan zat kimia yang memperburuk proses peradangan di dalam tubuh. 

Akibatnya, remaja atau dewasa muda dengan obesitas sering mengalami nyeri sendi dan lebih cepat mengalami gangguan pada fungsi sendi dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan ideal.

7.    Pola makan dan gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak jenuh, kurang vitamin dan mineral bisa merusak kesehatan sendi dan sistem imun. Selain itu, jarang berolahraga, kurang tidur, dan stres juga dapat memicu peradangan di tubuh. 

Meski sebagian penyebab rematik di usia muda dipengaruhi oleh faktor genetik dan autoimun, risiko terjadinya rematik tetap dapat ditekan dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

•    Menjaga berat badan tetap ideal agar sendi tidak terbebani berlebihan  
•    Berolahraga ringan minimal 30 menit per hari untuk menjaga kelenturan dan kekuatan sendi  
•    Mengonsumsi makanan bergizi yang kaya vitamin, mineral, dan antioksidan  
•    Menghindari kebiasaan merokok yang dapat memicu peradangan  
•    Mengurangi konsumsi makanan olahan tinggi gula dan lemak  
•    Menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi pemicu peradangan