Minggu, 26 September 2021 03:00 UTC
Ayam Bakar Kemaron yang merupakan menjadi menu khas berbeda di kawasan Wisata Majapahit Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Umumnya ayam bakar dipanggang di atas arang. Namun, di kawasan Wisata Majapahit Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ayam bakar justru diproses dengan dipanggang di dalam kemaron yang terbuat dari tanah liat. Sehingga dinamakanlah "Ayam Bakar Kemaron".
Ayam yang digunakan pun bukan sembarang ayam, haruslah ayam jantan lacur atau belum kawin dan belum dikawinin. Alasannya, tak lain kata Sri Utami Wahyunowati yang merupakan juru masak di tempat wisata Majapahit ini mengatakan, jenis ayam yang digunakan sejak dahulu aturannya memang haruslah ayam jantan muda.
Lantaran, sajian ayam lacur ini memang diperuntukkan untuk tamu-tamu di era Majapahit yang disandingkan dengan Tumpeng Paripurna atau tumpeng dengan empat warna. "Itukan makanan zaman-zaman Majapahit. Lalu yang dipilih memang ayam lacur, yang ayam jantan dan masih muda," ucap Mbah Cici sapaan akrab Sri Utami Wahyunowati.
Baca Juga: Kuliner Malon, Persilangan Puyuh Lokal dan Prancis Rendah Kolesterol
Hanya saja, sajian khas petinggi Majapahit ini diolah kembali ibu-ibu di Desa Bejijong menggunakan kemaron dan dimasak di atas kompor gas dengan api sangat kecil selama 10 jam. Berbeda ketika dipanggang di atas kayu bakar akan memakan waktu lebih cepat, sekitar 6 jam saja.
Kemaron atau pengaron sendiri merupakan alat masak tradisional yang berbentuk seperti kendil. Bedanya, bagian bawah pengaron datar, agar mudah diletakkan di tanah atau lantai. Diameter bagian alas lebih kecil dibandingkan dengan bagian atas.
Sri Utami Wahyunowati yang menyajikan kuliner khas-nya, yakni Ayam Bakar Kemaron
Pelepah pisang sendiri menciptakan aroma yang khas, dan hasil panggangan ayam yang keset alias tak berair. Membuat ayam ketika di santap terasa lebih kering, sangat berbeda dengan ayam bakar atau ayam panggang umumnya yang basah.
Baca Juga: Pembangunan Skywalk Kuliner di Mojokerto Tunggu Persetujuan Kodim dan Korem
"Kita punya ciri sendiri. Ayam dicuci bersih, terus dibungkus dengan pelepah pisang biar airnya keserap. Dimasukkan ke dalam kemaron, dipanggang 30 menit. Lalu dikeluarkan untuk diberi bumbu," ucap Mbah Cici.
Selain proses memasak yang sangat berbeda, dan memakan waktu cukup lama. Racikan bumbu atau rempah-rempah khas Indonesia semakin memperkuat dan menggugah selera makan. Ada sekitar sembilan jenis rempah yang diolah menggunakan layah tanah liat hingga halus. Resep ini sendiri diperoleh dari generasi-generasi wanita sebelumnya di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan.
Untuk dioles ke ayam yang sudah dicuci bersih dan dipanggang terlebih dahulu tadinya. Sebelum akhirnya kembali dipanggang selama berjam-jam untuk meresapkan bumbu khas itu.
Baca Juga: Bikin Nagih, ke Ponorogo Jangan Lupa Mampir Nikmati Kuliner Bakso Lava
"Kita angkat dulu dari kemaron, terus dilumuri rempah yang sudah halus. Dan kembali dimasukkan ke pelepah pisang. Kemudian lanjut dipanggang selama 10 jam, dan bumbunya turun jadi keset," ucap istri dari almarhum pesinuanan Perhutani Slamet Rianto.
Ayam bakar khas era Majapahit ini sengaja diangkat kembali wanita-wanita di Desa Bejijong. Tak lain untuk memperkenalkan wisata Majapahit ke wisatawan domestik hingga mancanegara.
Wisatawan yang berkunjung atau bahkan menginap di home stay yang disediakan warga setempat bisa mendapatkan kuliner istimewa ini. Cukup merogoh kocek sekitar Rp75 ribu hingga Rp100 ribu saja pengunjung sudah bisa mencicipinya. "Disediakan untuk wisatawan, bisa dengan menghubungi kami lewat centhini (perkumpulan ibu-ibu di Bejijong) untuk pesan," Mbah Cici memungkasi.