Selasa, 24 August 2021 01:00 UTC
MALON. Kuliner daing manuk londo (malon) persilangan burung puyuh lokal dan Prancis di Warung Sarang Puyuh "Mbak Nur", Kota Mojokerto. Foto: Karina Norhadini
JATIMNET.COM, Mojokerto – Warga Mojokerto tak perlu pergi jauh untuk bisa menikmati sajian makanan burung khas Prancis. Anda bisa datang ke Rest Area Gunung Gedangan di Jalan By Pass Mojokerto-Jombang atau warung kopi di Jalan Gunung Anyar RT 001 RW 006, Kelurahan Gunung Gedangan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Menu yang ada di Warung Sarang Puyuh "Mbak Nur" itu terbuat dari bahan dasar manuk londo atau dikenal dengan singkatan malon. Malon adalah burung puyuh hasil persilangan puyuh lokal dan puyuh dari Prancis yang dikenal dengan nama French Quail.
Menu burung malon ini sangat bergizi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh berdasarkan laporan hasil uji pusat studi pangan dan gizi Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 2019.
Malon yang memiliki tingkat kolesterol 67.01-68.01 persen lebih rendah dari ayam maupun burung puyuh biasa ini diolah dengan rempah-rempah rahasia milik pasangan suami istri, Sentot, 78 tahun, dan Nur hayati, 40 tahun, sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
BACA JUGA: Bangkitkan Perekonomian Warga, Sentra Wisata Kuliner di ekslokalisasi Dolly-Jarak Diresmikan
"Baru jualan dua tahun ini, ya sejak pandemi," kata pria yang akrab disapa Cak Sentot ini, Senin, 23 Agustus 2021. Empat tahun lalu, ia sebenarnya sudah berjualan penyetan ayam dan bebek khas Warung Cahaya. Hanya saja, lokasi berjualan sebelumnya mengalami penggusuran dan akhirnya berganti olahan kuliner malon.
Oalahan berbahan daging burung puyuh lokal dan Prancis ini disajikan dalam tiga pilihan antara lain goreng, panggang, dan penyet serta dua pilihan sambal, yakni sambal ijo dan sambal tomat.
Daging burung puyuh yang lembut, gurih, dan lezat ini semakin mantap disajikan bersama nasi hangat dengan taburan bawang goreng dan lalapan tomat, timun, kubis, dan daun selada.

SANTAP MALON. Penikmat kuliner, Pradana, mengincipi olahan burung malon di Warung Sarang Puyuh "Mbak Nur", Kota Mojokerto. Foto: Karina Norhadini
"Harganya lebih murah daripada burung dara biasa yang bisa mencapai Rp25 ribu per porsi. Kalau burung Malon cuman Rp15.000 per porsi. Kita juga jual yang ungkepan (dikukus dengan bumbu) cuman Rp10.000 per ekornya," kata pria yang juga nyambi sopir pikap ini.
BACA JUGA: Kuliner Kediri Menggugah Selera Wajib Dinikmati
Menurutnya, ia memilih kuliner malon karena banyak karakteristik dan kelebihannya, di antaranya kaya protein, zat besi, kalsium, dan fosfor. Daging malon juga bebas dari hormon dan antibiotik dosis tinggi karena pakan burung puyuh berbeda dari pakan ayam broiler.
"Aneka nutrisinya banyak, jadi sering dianggap sebagai obat atau memiliki khasiat melancarkan peredaran darah, menguatkan tulang belakang, menambah stamina tubuh, menyembuhkan asma," katanya.
Salah satu penikmat kuliner malon, Pradana T.M, 27 tahun, mengatakan baru kali ini dia mencoba kuliner malon. Menurutnya, tekstur dagingnya lebih empuk, gurih, dan tebal.
"Dulu pernah makan burung puyuh (lokal) tapi enggak suka. Yang ini malah jadi suka. Lebih empuk, bumbunya lebih berasa, sama dagingnya lebih berasa," katanya.