
Reporter
Dyah Ayu PitalokaSabtu, 10 November 2018 - 09:45
Tepat 73 tahun lalu dari hari ini. Matahari baru saja menampakkan diri ketika pesawat-pesawat berbendera Inggris meraung di langit Surabaya dan menghujani kota dengan bom. Di waktu yang sama, meriam kapal mereka di Tanjung Perak tak henti memuntahkan peluru. Sementara di darat, ribuan prajurit infanteri di bawah lindungan tank mulai memasuki kota.
Meski berhasil menguasai Surabaya dalam tiga hari, Inggris butuh tiga pekan untuk lolos dari serbuan pejuang Indonesia. Persenjataan modern, pasukan terlatih, serta moral tinggi prajurit Inggris –karena sekutu baru saja memenangi perang dunia kedua- tak membuat nyali Arek-arek Suroboyo ciut. Bagi mereka, lebih baik mati berkalang tanah daripada kedaulatan bangsa -yang baru seumur jagung- terinjak-injak.
Belakangan, kita mengenal serangan ke Surabaya itu sebagai pertempuran 10 November 1945. Dan kita mengenang keberanian para pemuda sebagai Hari Pahlawan.
Rabu 7 November 2018 kemarin, reporter Jatimnet.com Dyah Ayu Pitaloka mlaku-mlaku menyusuri jejak pertempuran itu. Ia menumpang Suroboyo Bus dari Terminal Purabaya menuju kawasan Jembatan Merah, tempat gedung Internatio yang dulu menjadi markas pasukan Inggris.
Berikut laporannya.
Napak Tilas Pertempuran Surabaya (1)
Napak Tilas Pertempuran Surabaya (2)
Napak Tilas Pertempuran Surabaya (3-Habis)
Pertempuran Surabaya 1945 (Infografis)
Awak media Jatimnet.com menyampaikan turut berduka atas tragedi “Surabaya Membara” yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.