Logo

Menjelang Agustusan, Pembuat Kostum Karnaval Berbahan Limbah di Jombang Banjir Pesanan

Reporter:,Editor:

Jumat, 25 July 2025 06:00 UTC

Menjelang Agustusan, Pembuat Kostum Karnaval Berbahan Limbah di Jombang Banjir Pesanan

Hari Sucipto mengerjakan asesoris dari barang bekas atau limbah untuk kostum karnaval HUT Kemerdekaan RI, Jumat, 25 Juli 2025. Foro: Taufiqur Rachman

JATIMNET.COM, Jombang – Menjelang kegiatan peringatan HUT Kemerdekaan RI di bulan Agustus nanti, kostum karnaval berbahan baku limbah yang dibuat pemuda kreatif bernama Hari Sucipto, warga Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam , Kabupaten Jombang, mulai kebanjiran pesanan.

Ditemui di kediamannya, tangan kreatif pemuda asal Kota Santri ini tak henti-hentinya meracik satu per satu kain perca maupun spons bekas yang akan dibuat kreasi unik untuk karnaval atau festival Agustusan nanti.

"Cinta pada seni ini dimulai ketika tahun 2017 lalu, dengan memanfaatkan bahan-bahan di alam sekitar lereng Gunung Anjasmoro maupun olahan kain maupun lainnya yang sudah tidak dipergunakan lagi oleh home industry di sini," ucap pemuda berusia 35 tahun ini, Jumat, 25 Juli 2025. 

Hari menyebutkan awalnya mencoba kostum ala kadarnya dari bahan seadanya, ternyata lama kelamaan kostum buatannya banyak pesanan, walaupun terbuat dari bahan limbah, seperti biji-bijian, bulu-buluan serta busa bekas. Hasil karyanya ini menjadi hiasan unik untuk acara festival maupun karnaval sampai terjual harga tinggi.

BACA: Uniknya Karnaval Busana Bambu di Banyuwangi

"Saat di desa ada karnaval, RT saya kekurangan modal, akhirnya pakai bahan seadanya, banyak dari limbah yang tidak terpakai, tapi malah menang," katanya.

Dengan dibantu pamannya, teras rumah miliknya tertata rapi potongan serta ukiran busa atau spon untuk dijadikan bahan dasar kostum tersebut. 

Selain itu, prosesnya tak hanya itu saja. Bahan tersebut setelah diukir harus disambungkan dengan lem dan dicat. Kemudian ditempelkan bulu-bulunya beserta biji-bijian agar kostum miliknya terlihat meriah.

"Kalau untuk model kostum bermancam-macam, seperti pakaian adat dayak, topeng maupun maskot kerajaan, bahkan kostum pesanan pelanggan lainnya. Pengerjaan kostum ini bisa sampai lima hari hingga sebulan, tergantung kerumitannya, seperti banyak ornamen makin lama pengerjaan," katanya.

Berkat ketekunan dan hasil kerja kerasnya, ia bersama pamannya bisa meraup omzet puluhan juta per bulan, terlebih seperti musim karnaval bulan depan. Dengan melestarikan budaya melalui kostum berbahan limbah atau barang bekas, Hari bersama pamannya merasa bangga apabila hasil karyanya dipamerkan di festival.

"Alhamdulillah, ini berkah dari kerja keras dan ketelatenan. Bagi anak-anak muda, yang terpenting jangan malas belajar dan berinovasi seperti kita. Untuk omzetnya di musim karnaval bisa mencapai dua digit atau belasan hingga puluhan juta," katanya.

BACA: Prihatin Soal Sampah, Mahasiswa Insuri Gelar Recycle Street Fashion Show

Bulan depan adalah bulan Agustus ketiga setelah 3 tahun lalu pandemi Covid sempat terdampak, tapi setelah tahun 2024 dan tahun ini 2025, permintaan melonjak tajam mulai bulan Juni. 

"Mulai bulan 6 kemarin sudah banyak pesanan, ada yang dari Jombang, bahkan juga ada dari Gresik, Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto. Selain kita jual kostum yang sudah jadi, di sini juga menyewakan juga," katanya.

Sambil tersenyum bangga menunjukkan salah satu kostum karya saat dipakai pamannya, Hari memperlihatkan dua kostum yang dipegang akan disewa pelanggan dan yang dipakai pamannya ini kostum yang dijual walaupun bahannya dari limbah, yang terpenting tergantung tangannya masing-masing saat mengelola bahan tersebut.

"Meskipun benar-benar sampah, jika pandai mengolahnya pasti membuahkan hasil. Seperti yang dipakai paman saya ini, ada yang harga Rp500 ribu, ada juga yang Rp3 juta per kostun, tergantung kerumitannya. Sedangkan untuk yang saya pegang harga sewanya Rp200 ribu hingga ada yang sejutaan," katanya.