Rabu, 01 June 2022 05:40 UTC
Penanggung Jawab Riset ITS Djamoe Sri Fatmawati, SSi, MSc, PhD saat menjelaskan tentang MeniTemu by ITS Djamoe di Galeri Riset ITS, Selasa 31 Mei 2022.
JATIMNET.COM, Surabaya - Untuk menghidupkan kembali tradisi minum jamu di kalangan masyarakat khususnya generasi muda, sekaligus menghidupkan kembali sains jamu, sebuah brand ITS Djamoe di bawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) me-launching produk MeniTemu, Selasa 31 Mei 2022.
Penanggung Jawab Riset ITS Djamoe Sri Fatmawati, MSc, PhD meyakini bahwa tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang kita itu sebetulnya mengandung banyak sekali potensi untuk menguak sains.
“Makanya kenapa saya selalu bilang the science behind jamu. Ini harusnya menjadi potensi kita untuk kembali menghidupkan masyarakat bersama scientist, petani herbal, industri dan tentunya pemerintah. Ini akan membuat semua bersatu dan Indonesia pasti jauh lebih baik dan maju, especially di jamu,” kata perempuan yang akrab disapa Fatma itu.
Sebagai informasi, MeniTemu merupakan nama dagang produk jamu dari 100 persen ekstrak Meniran (Phyllantus niruri) dan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang diproduksi dan telah tersertifikasi BPOM. MeniTemu sendiri adalah produk yang dikembangkan, serta telah terdaftar dengan nomor paten dan merek.
Baca Juga: Mahasiswa ITS Ciptakan Rompi Detektor Serangan Jantung Koroner
“Penelitian ini sebetulnya mulai 2002, atau 20 tahun yang lalu, diinisiasi oleh Prof. Dr. Taslim Ersam, MS. Beliau adalah Professor Kimia di Fakultas Sains dan Analitika Data, yang menginisiasi untuk mengeksplorasi penelitian tanaman obat tradisional Indonesia. Dari beliau, saya terinspirasi untuk terus di bidang ini sampai sekarang,” ia memaparkan.
Poduksi jamu MeniTemu ini bekerja sama dengan PT. Payung Pusaka Mandiri sebagai Produk Penelitian Program Matching Fund – Kedaireka yang turut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia pada tahun 2021.
“Dari beberapa formula, akhirnya ada satu yang sudah kita teliti formulasinya bersama PT. Payung Pusaka Mandiri (Kediri). Itu ada BPOM-nya dan itu (jamu MeniTemu) yang kita launching. Kita juga bekerja sama dengan UMKM dan mereka sangat apresiasi cukup baik, karena mereka tahu the science behind traditional medicine, saya nyebutnya sains jamu,” ia menuturkan.
Perlu diketahui, jamu MeniTemu diolah dan diproses dengan bahan segar pilihan yang berasal dari kaki Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur. Proses pengolahan melalui metode ekstraksi dengan penambahan laktosa menjadi ekstrak kering berupa serbuk. Serbuk tersebut dikemas secara sederhana dalam kemasan sealed pouch paper 80 gram dan 250 gram, sehingga aman dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Bermanfaat Kurangi Depresi, Mahasiswa ITS Buat Abon dari Kulit Pisang
“Pengolahannya yang berbeda adalah quality control kita pada bahan. Karena bahannya kita sudah terstandar dan kita melihat senyawa-senyawanya yang ada di situ. Ini benar-benar the riil extract, ekstrak itu maksudnya kalau diminum benar-benar pahit dan tidak ada ampasnya karena memang itu benar-benar ekstrak,” ia menguraikan.
Produk MeniTemu telah dilakukan pengujian in vitro bioassay, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan jamu MeniTemu ini dalam menjaga ketahanan imun tubuh.
“Meniran dan temulawak kita pilih karena memang berdasarkan studi literatur, berdasarkan penggunaan di masyarakat. Scientific evidence-nya ada, bukti-bukti ilmiahnya ada, dan kita juga formulasi gimana yang terbaik,” ia menekankan.
Baca Juga: Mahasiswa ITS Kembangkan Baterai Ramah Lingkungan
Dari hasil pengujian tersebut, meniran dan temulawak diketahui memiliki manfaat yang bagus yang disebabkan karena keberadaan metabolit sekunder di dalamnya, seperti kurkumin, betaine, phloroglucinol, dan 4-coumaric acid yang memiliki aktivitas antioksidan. Hal ini memperkuat bukti bahwa produk ini aman untuk dikonsumsi setiap hari oleh semua kalangan masyarakat dan berpotensi sebagai imunostimulan.
“Pada saat Covid, kalau kita berbicara tentang obat, ada western dan eastern. Eastern kan berdasarkan nature base medicine. Di situlah kami membuat varian jamu rempah termasuk MeniTemu berdasarkan studi literatur dan research. Hasilnya, lebih dari 10 ribu paket jamu rempah sudah kami berikan kepada para isoman di seluruh Nusantara untuk meningkatkan imunitas,” ia menjabarkan.
Jamu MeniTemu ini telah dipasarkan, baik secara langsung maupun promosi melalui media sosial Instagram dan Youtube. Kendati demikian, Fatma mengaku, ke depan ada beberapa varian-varian lain yang sedang dikembangkan formulanya dan juga dilakukan research-nya. Ia berharap, ada produk-produk lain yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Nantinya kita juga ingin memberdayakan masyarakat dan petani herbal lebih luas lagi. Kami juga ingin edukasi kepada generasi muda karena mereka belum tentu tahu tentang sains jamu, itu ingin kami kembangkan, jadi memajukan sains jamu di Indonesia,” ia menandaskan.
