Sabtu, 13 December 2025 07:24 UTC

Gambar hasil pantauan drone yang dilakukan oleh warga menunjukkan, hutan di derah lereng Argopuro perbatasan Jember – Probolinggo dalam kondisi gundul dan mengkhawatirkan. Foto: Zulafif
JATIMNET.COM, Probolinggo – Banjir bandang kembali melanda wilayah Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Peristiwa ini disinyalir berkaitan erat dengan degradasi kawasan hutan di wilayah hulu, yang selama ini berfungsi sebagai daerah resapan air.
Di kalangan warga, muncul dugaan bahwa maraknya aktivitas penebangan hutan baik yang dilakukan secara ilegal maupun legal telah merusak lingkungan.
Kerusakan tutupan hutan di lereng Gunung Argopuro, dinilai menyebabkan tanah kehilangan kemampuan menahan air hujan, sehingga aliran permukaan meningkat tajam saat hujan deras.
BACA: Enam Ibu Hamil Terisolasi di Tiris Probolinggo, Layanan Kesehatan Diperketat
Kecurigaan itu diperkuat oleh hasil pemantauan udara, yang dilakukan warga menggunakan drone.
Dari rekaman tersebut, terlihat sejumlah area hutan yang telah terbuka dan gundul di wilayah Perhutani yang masuk administrasi Kabupaten Jember, tepatnya di kawasan perbatasan dengan Kabupaten Probolinggo.
Berdasarkan pengamatan warga, kawasan yang dikenal dengan sebutan Gunung Malang, menunjukkan bekas penggundulan hutan.
Luas area hutan yang diduga telah dibuka, diperkirakan mencapai lebih dari 300 hektare. Warga juga menyebut, pohon-pohon yang ditebang sebagian besar merupakan kayu berusia tua.
Warga bersama bupati Probolinggo, sekda dan pejabat BPBD melihat presentasi hasil pemantauan drone terhadap hutan yang gundu di lereng Gunung Argopuro. Foto: Zulafif
Meski demikian, hingga saat ini belum ada kepastian apakah penebangan tersebut termasuk praktik ilegal logging, atau merupakan kegiatan pemanfaatan hutan yang dilakukan sesuai izin resmi.
Warga Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Agus Subiyanto, menuturkan bahwa banjir bandang bukanlah peristiwa baru bagi desanya. Ia mengingatkan, kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 2018 dan menimbulkan kerusakan cukup parah.
“Banjir kali ini sebenarnya lebih besar dibanding tahun kemarin. Hanya saja, karena jembatan sudah lebih dulu putus, aliran air tidak sempat menghantam permukiman warga,” kata Agus.
Menurutnya, menurunnya daya serap air di kawasan hulu menjadi penyebab utama terjadinya banjir bandang.
BACA: Begini Cerita Korban Banjir Bandang yang Menerjang Lereng Argopuro Probolinggo
Saat hujan berintensitas tinggi turun dalam durasi panjang, air hujan tidak lagi tertahan di atas dan langsung mengalir deras ke wilayah hilir, menerjang permukiman warga di Desa Andungbiru dan sekitarnya.
Sementara itu, Komandan Kodim 0820 Probolinggo, Letkol Arh. Iwan Hermaya, memastikan TNI terus bersiaga membantu penanganan bencana.
Personel disiagakan mulai dari tingkat Koramil hingga Kodim untuk mendukung proses evakuasi dan pemulihan pascabencana.
Selain membantu warga terdampak, TNI juga mendorong percepatan perbaikan infrastruktur yang rusak, terutama jembatan penghubung antarwilayah agar aktivitas masyarakat kembali normal.
“Untuk perbaikan permanen, nanti akan kami koordinasikan dengan Bapak Bupati. Jika anggaran terbatas, bisa kita lakukan secara gotong royong melalui kerja bakti,” ujar Iwan.
