Jumat, 12 December 2025 09:30 UTC

Warga bersama petugas tengah membuat jembatan sementara. Foto: Zulafif
JATIMNET.COM, Probolinggo – Situasi mengkhawatirkan masih dirasakan warga Dusun Sumberkapong, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Hingga hari Jumat 12 Desember 2025 ini, enam ibu hamil di wilayah tersebut belum dapat keluar dari daerah yang terisolasi setelah Jembatan Kedaton ambruk akibat banjir bandang pada Kamis malam kemarin, 11 Desember 2025.
Meski akses utama terputus total, layanan kesehatan bagi para ibu hamil dipastikan tetap berjalan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo telah menerjunkan tenaga medis untuk berjaga dan memberikan pelayanan langsung di lokasi terdampak.
Mekanisme pelayanan jemput bola juga disiapkan agar pemeriksaan kesehatan rutin tetap dapat dilakukan tanpa kendala. Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo, dr. Hariawan Dwi Tamtomo, menyampaikan bahwa satu dari enam ibu hamil tersebut sudah memasuki usia kehamilan yang mendekati waktu persalinan dan diperkirakan melahirkan pada Januari 2026.
BACA: Begini Cerita Korban Banjir Bandang yang Menerjang Lereng Argopuro Probolinggo
Karena kondisi geografis yang sulit ditembus, proses relokasi ke tempat yang lebih aman kini mulai dipersiapkan. “Jika masa persalinannya makin dekat, kami akan memindahkan yang bersangkutan ke rumah singgah atau tempat tinggal keluarga yang berada di dekat fasilitas kesehatan,” ujar Hariawan, Jumat, 12 Desember 2025.
Selain memantau kondisi kesehatan ibu hamil, Dinkes juga menyalurkan bantuan berupa susu balita dan ibu hamil, suplemen vitamin, serta obat-obatan esensial. Dari hasil asesmen sementara, belum ditemukan adanya gangguan kesehatan, baik pada ibu hamil maupun warga lanjut usia yang terdampak.
“Hasil asesmen kami, kondisi mereka masih aman,” tambahnya.
BACA: Banjir Besar Terjang Tiga Desa di Lereng Argopuro Probolinggo, Jembatan Putus
Saat proses pemulihan berlangsung, dukungan dari legislatif juga berdatangan. Anggota DPRD Kabupaten Probolinggo, Reno Handoyo, menyoroti pentingnya percepatan perbaikan fasilitas publik, khususnya jembatan yang menjadi penghubung aktivitas warga. Bersama Dinas Sosial, kata Reno, proses pendataan kebutuhan pokok masyarakat terdampak banjir mulai dilakukan.
“Harapannya aktivitas warga bisa kembali normal pascabencana dan kebutuhan sehari-hari tetap terpenuhi. Untuk infrastruktur, kami mendorong PUPR dan BPBD untuk bergerak cepat,” tegasnya.
Di sisi lain, warga dan petugas bergotong-royong membangun jembatan darurat berbahan kayu dan bambu sebagai solusi sementara agar konektivitas antarwilayah dapat terjalin kembali.
Sebelumnya, banjir bandang melanda lereng Gunung Argopuro setelah hujan deras mengguyur wilayah Tiris selama lebih dari 14 jam, sejak pukul 02.00 hingga 16.00 WIB.
BACA: Antisipasi Ancaman Banjir, Khofifah Tinjau Pemasangan Bronjong di Probolinggo
Tiga desa—Andungbiru, Telogoargo, dan Tiris—menjadi wilayah dengan kerusakan terparah. Debit Sungai Pekalen yang meningkat deras menyebabkan luapan air yang menghancurkan sedikitnya tiga jembatan penghubung.
Salah satu titik paling parah berada di Jembatan Kedaton, Desa Andungbiru, yang putus dan mengisolasi lebih dari seribu warga di tiga dusun, terutama RT 8, 9, dan 10 Dusun Sumberkapong.
Hingga kini, BPBD Kabupaten Probolinggo mencatat 15 rumah terdampak, serta lima jembatan putus—dua permanen dan tiga semi permanen. Pendataan lanjutan masih dilakukan untuk memetakan skala kerusakan serta kebutuhan mendesak masyarakat terdampak.
