Logo

Mahasiswa ITS Hasilkan Listrik dari Limbah Tahu

Reporter:,Editor:

Kamis, 04 July 2019 14:38 UTC

Mahasiswa ITS Hasilkan Listrik dari Limbah Tahu

LIMBAH. Mahasiswa ITS manfaatkan bakteri limbah tahu menjadi listrik. Foto: Ist

JATIMNET.COM, Surabaya - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat inovasi alat penghasil listrik dengan memanfaatkan bakteri limbah. Inovasi yang bernama Abactor – Cells ini memanfaatkan bakteri untuk mengolah polutan dalam air. 

"Alat ini digunakan sebagai unit pengolah limbah cair tahu skala rumah tangga," kata Ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PkM-KC) Valianto Rojulun Afif dalam rilis yang diterima Jatimnet, Kamis 4 Juli 2019.

Inovasi ini terinspirasi karena di Indonesia memiliki jumlah industri tahu yang cukup banyak.

Valianto mengungkapkan banyaknya limbah tahu disebabkan sebagian besar sektor industri tahu skala rumah tangga belum memiliki unit pengolah limbah cair tahu.

BACA JUGA: Bakteri di Kulit Katak Mampu Melindunginya dari Penyakit

“Hal tersebut disebabkan oleh sebagian besar industri tahu skala rumah tangga memiliki keterbatasan finansial dan lahan,” kata dia.

Sehingga limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

Hal itu menyebabkan penurunan daya lingkungan akibat tingginya kandungan polutan organik dalam limbah cair tahu.

"Inovasi ini mengadopsi prinsip kerja dari Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dan Microbial Fuel Cells (MFCs) yang dikombinasikan menjadi satu unit pengolah," kata Valianto.

BACA JUGA: Arca Ganesha Kerajaan Kadiri Ditemukan di Galian Perumahan

MFCs merupakan unit pengolah air limbah yang memanfaatkan bakteri untuk mengkonversi polutan organik menjadi energi listrik.

 MFCs dikombinasikan dengan ABR yang merupakan unit pengolah praktis dan tidak memakan biaya operasional yang tinggi. 

“Sehingga alat ini cocok untuk diaplikasikan pada sektor industri tahu skala rumah tangga,” ungkap mahasiswa tingkat akhir ini.

Abactor-Cells ini, kata Valianto, membutuhkan waktu pemrosesan selama 12 jam untuk menghasilkan listrik sebesar 0,336 Watt hour.

BACA JUGA: 40 Tahun Punah, Siput Tanah Bermuda Bangkit dari Kematian

Selain itu, unit ini mampu mengurangi kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dari 1563,86 mg/L menjadi 297,474 mg/L, dengan persentase sebesar 81 persen yang setara dengan berat COD sebesar 0,055 kg.

Sedangkan persentase removal untuk kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD), sebesar 84,4 persen dengan inlet BOD sebesar 953,74 mg/L dan outlet BOD sebesar 148,74 mg/L.

Adanya penurunan nilai COD dan BOD ini menunjukkan bahwa selain menghasilkan energi listrik, Abactor-Cells dapat juga berperan untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama pada badan air.

Ia berharap alat Abactor-Cells ini ini bisa menjadi inovasi pembangkit listrik yang bisa diaplikasikan di Indonesia. 

BACA JUGA: Resisten pada Pestisida, Jamur Ini Membasmi 99% Nyamuk Malaria 

“Khususnya di industri tahu, karena alat ini bisa menghasilkan listrik sekaligus mengolah limbah tahu,” pungkasnya

Inovasi ini dibuat oleh mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan ITS yakni Valianto bersama kedua temannya, Ahmad Nailul Firdaus dan Wahyu Prayuda.