Senin, 10 November 2025 07:00 UTC
Dosen Unusa Firdaus membimbing siswa PAUD untuk melatih emosional anak. Foto: Khaesar.
JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menilai adanya keterkaitan antara kesibukan orang tua dengan tumbuh kembang anak.
Bagi orang tua yang terlalu sibuk bekerja maupun menjalankan usaha, maka anaknya dianggap sering menunjukkan gejala agresif maupun menarik diri dari lingkungan sosial.
Oleh karena itu, tim dosen dari Unusa menggelar pengabdian kepada masyarakat (PKM) dengan mengangkat tema “Nabung Bocah”, aplikasi digital yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dua arah antara guru dan orang tua.
Pelatihan itu digelar di TK Swandayani, Wonokromo, Surabaya. Alasan pemilihan lokasi PKM karena banyak orang tua di wilayah tersebut yang bekerja sebagai pedagang dan memiliki waktu terbatas untuk mendampingi anak-anaknya di rumah.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin memperkuat kemampuan guru dan orang tua dalam memberikan stimulasi sosial emosional bagi anak-anak. Kami melihat pentingnya dukungan dari dua pihak ini agar tumbuh kembang anak lebih optimal,” ujar Ketua Tim Pelaksana PKM Unusa, Firdaus saat diwawancarai, Senin, 10 November 2025.
BACA: Dosen dan Mahasiswa Unusa Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Warga Lansia di Mojokerto
Sesuai tema yang diangkat, aplikasi “Nabung Bocah” pun diperkenalkan. Teknis pemanfaatannya, guru dapat melaporkan perkembangan sosial emosional anak setiap pekan. Sementara, orang tua bisa memberikan catatan perilaku anak selama di rumah.
Program ini diikuti oleh 25 orang tua dan 3 guru TK Swandayani. Mereka menjalani sejumlah rangkaian kegiatan yang meliputi sosialisasi, pelatihan, implementasi media digital, pendampingan permainan edukatif, serta evaluasi hasil belajar.
Data awal dari pelatihan itu menunjukkan ketimpangan antara kemampuan intelektual dan sosial anak. Sekitar 75 persen siswa TK Swandayani memiliki kemampuan akademik yang baik.
Namun, aspek sosial emosional mereka masih perlu ditingkatkan. Kondisi ini menjadi fokus dari PKM yang dijalankan tim pelaksana dari lintas disiplin ilmu. Mulai dari Prodi D3 Keperawatan, Prodi Pendidikan Guru PAUD, dan Departemen Teknologi Multimedia Kreatif Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
Sosialisasi dan pelatihan “Nabung Bocah” dinyatakan mampu menghasilkan capaian yang menggembirakan. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, pemahaman orang tua tentang konsep sosial emosional meningkat dari 28 persen menjadi 80 persen.
BACA: Kasus TB di Jatim Tinggi, FK Unusa Skrining ke Ponpes Zainul Hasan Genggong
Kemampuan berkomunikasi efektif dan pengelolaan emosi naik dari 36 persen menjadi 79 persen. Sementara, keterampilan menggunakan aplikasi digital meningkat dari 46 persen menjadi 81 persen.
“Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan peserta. Artinya, intervensi berbasis digital dan pelatihan langsung dapat berjalan efektif,” ujar Andini Hardiningrum, dosen PG-PAUD Unusa yang juga terlibat dalam kegiatan ini.
Selain pelatihan teori, peserta juga dilatih melalui permainan berkelompok di dalam dan luar kelas untuk menumbuhkan empati serta kerja sama anak.
BACA: Mahasiswa dan Dosen Unusa Edukasi Siswa Kader Kesehatan MI Raden Rahmad
Guru mendapatkan pelatihan strategi pembelajaran sosial emosional, seperti menciptakan lingkungan kelas yang suportif, komunikatif, dan penuh empati.
Kepala TK Swandayani Dian Fatmawati menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan yang diinisiasi oleh tim Unusa. Ia menilai bahwa hasilnya terasa langsung dalam perilaku anak-anak dan peningkatan interaksi antara guru dan orang tua.
“Anak-anak sekarang lebih sabar dan bisa berbagi mainan. Orang tua juga mulai aktif berkomunikasi dengan guru lewat aplikasi. Ini sangat membantu kami dalam memahami perkembangan anak secara menyeluruh,” ungkapnya.
Program “Nabung Bocah” bakal diperluas
Ketua Tim Pelaksana PKM Unusa, Firdaus menambahkan keberhasilan pelaksanaan program “Nabung Bocah” di TK Swandayani menjadi pijakan untuk memperluas implementasinya ke sejumlah taman kanak-kanak lain di wilayah Surabaya.
“Kami ingin pendidikan anak usia dini tidak hanya fokus pada aspek akademik, tapi juga pada kebahagiaan dan kesejahteraan emosional anak. Dengan dukungan teknologi, kolaborasi antara rumah dan sekolah bisa terjalin lebih mudah dan efektif,” tuturnya.
Melalui program yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiksaitek 2025 ini, Unusa menegaskan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini yang adaptif terhadap kemajuan teknologi.
Selain itu, juga berorientasi pada penguatan karakter dan kesejahteraan emosional anak prasekolah.
