Sabtu, 13 December 2025 05:04 UTC

Destita Shari, mahasiswi Program Doktor (S3) Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Foto: Januar
JATIMNET.COM, Surabaya – Orang tua memegang posisi krusial dalam mendukung tumbuh kembang anak usia dini, selain pengaruh lingkungan terdekat di sekitarnya. Sejak pertama kali membuka mata, anak mulai mengenali dan menyesuaikan diri dengan dunia melalui rangsangan suara, sentuhan, dan aroma yang diterima pancaindra. Pengalaman awal inilah yang menjadi dasar pembentukan pengetahuan dan proses belajar anak.
Hal tersebut disampaikan Destita Shari, mahasiswi Program Doktor (S3) Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ia menuturkan bahwa setiap anak lahir membawa potensi yang akan berkembang optimal apabila mendapat perhatian dan kasih sayang secara konsisten.
“Tubuh mungil anak diciptakan semesta untuk terus tumbuh setiap harinya dengan perhatian dan kasih sayang. Sejak awal kehidupan, anak belajar mengenali dunia melalui orangtua sebagai figur terdekat,” ujar Destita, Sabtu, 13 Desember 2025.
BACA: Unusa Kenalkan Nabung Bocah dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak
Destita menjelaskan, para pakar perkembangan anak seperti Lev Vygotsky dan Jean Piaget menekankan bahwa pertumbuhan anak terjadi melalui proses belajar yang melibatkan interaksi fisik dan sosial dengan lingkungannya. Menurut Piaget, perkembangan kemampuan anak muncul secara alami melalui tahapan-tahapan usia yang disertai interaksi intens bersama orang tua.
“Orangtua merupakan sekolah pertama bagi anak. Interaksi yang dibangun sejak dini akan membentuk dasar kemampuan berpikir, berbahasa, dan bersosialisasi anak,” jelasnya.
Ia mengibaratkan anak layaknya selembar kertas putih yang perlahan terisi warna seiring bertambahnya pengalaman belajar dan interaksi yang dijalani.
“Anak seperti kertas kosong yang belum ada tinta. Namun, setiap pengalaman belajar akan memberi warna pada lembar demi lembar kehidupannya,” tuturnya.
BACA: Perkuat Generasi Sehat, PTFI Latih Ibu-ibu Mengolah MPASI Bergizi
Lebih lanjut, Destita menegaskan bahwa anak merupakan pembelajar aktif dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Ia menyebutkan, otak anak memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap informasi, membangun pemahaman dari hasil pengamatan, menyampaikan gagasan, serta berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
“Proses belajar anak terjadi secara alami melalui bimbingan yang kontinu. Anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan setiap hari,” katanya.
Pada fase bayi hingga balita, anak menunjukkan beragam perilaku sesuai tahapan usia. Mulai dari menangis, menggenggam mainan, menyusun balok, mengenali gambar hewan dan menyebutkan namanya, hingga belajar menggunakan alat makan serta mengenal huruf dan angka melalui media pembelajaran.
BACA: Sabet Juara Umum di LPTK Cup XXII, Kepulangan Kontigen Unesa Disambut Meriah
“Semua kegiatan tersebut merupakan proses belajar yang ideal apabila disesuaikan dengan tahapan usia anak dan dikemas melalui aktivitas bermain,” ungkap Destita.
Ia menambahkan, bermain memiliki peran besar dalam menunjang perkembangan anak. Melalui aktivitas bermain, anak belajar memahami lingkungannya, mengeksplorasi informasi, serta mengasah kemampuan memecahkan masalah.
“Bermain adalah cara alami anak belajar. Kegiatan belajar yang menyenangkan dan menggembirakan akan membantu anak memperoleh pengalaman yang bermakna,” tambahnya.
Destita juga mengingatkan bahwa hasil pembelajaran anak tidak bisa dilihat secara instan. Dibutuhkan waktu serta proses yang berkelanjutan untuk mengenali kemampuan dan potensi anak secara menyeluruh.
BACA: Cuaca Panas Ekstrem Melanda, Begini Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental
Selain itu, ia menyoroti pentingnya lingkungan sosial dalam proses belajar anak, sebagaimana dijelaskan Albert Bandura melalui teori pembelajaran sosial.
“Anak belajar dengan cara meniru. Ketika anak melihat orang dewasa mengucapkan ‘terima kasih’, anak akan menirukan perilaku tersebut. Apa yang kita lakukan akan menjadi cermin bagi anak,” jelasnya.
Oleh karena itu, Destita menegaskan bahwa orang tua perlu menyadari perannya sebagai teladan utama dalam kehidupan anak.
“Orangtua adalah contoh pertama dan utama bagi anak. Sikap, tutur kata, dan perilaku orangtua akan membentuk karakter anak sejak dini hingga dewasa,” pungkasnya. (*)
