Logo

Dosen dan Mahasiswa Unusa Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Warga Lansia di Mojokerto

Reporter:,Editor:

Selasa, 30 September 2025 06:00 UTC

Dosen dan Mahasiswa Unusa Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Warga Lansia di Mojokerto

Mahasiswa Program Studi D-IV Analis Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melaksanakan pemeriksaan kesehatan gratis pada warga Desa Sumbersono, Kec. Dlanggu, Kab. Mojokerto, Selasa, 30 September 2025. Foto: Unusa

JATIMNET.COM, Surabaya – Mahasiswa Program Studi D-IV Analis Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melaksanakan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga Desa Sumbersono, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) sekaligus Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) yang berlangsung selama empat hari berturut-turut.

Ketua Tim Pengmas Unusa, Andreas Putro Ragil Santoso, menjelaskan kegiatan pemeriksaan kesehatan difokuskan di empat dusun dengan sasaran utama warga lanjut usia (lansia).

Pemeriksaan dilakukan secara bergiliran di Dusun Sumbersono, Sumbersari, Selorejo, dan Pekingan dengan jenis tes yang berbeda.

“Pemeriksaan meliputi fungsi hati (SGOT & SGPT), kadar asam urat, serta skrining ginjal dan infeksi saluran kemih melalui uji carik celup urine. Selain pemeriksaan, kami juga memberikan edukasi langsung terkait hasil tes, pola hidup sehat, serta pencegahan penyakit tidak menular,” ujarnya, Selasa, 30 September 2025.

Hari pertama, kegiatan dilaksanakan di Dusun Sumbersono dengan pemeriksaan urine. Dari 24 responden, sebanyak 87,5 persen menunjukkan minimal satu parameter abnormal.

Kelainan yang banyak ditemukan antara lain protein, glukosa, leukosit, dan nitrit, yang mengindikasikan adanya risiko infeksi saluran kemih, gangguan ginjal, maupun masalah metabolik seperti diabetes.

Hari kedua berlanjut di Dusun Sumbersari dengan pemeriksaan fungsi hati, asam urat, dan tekanan darah terhadap 40 warga.

Sebanyak 75 persen responden memiliki hasil di luar batas normal, dengan temuan tertinggi berupa hiperurisemia (asam urat tinggi) hingga 16,6 miligram per desiliter serta kasus hipertensi. Beberapa warga juga tercatat memiliki kadar enzim hati yang melebihi ambang normal.

Pemeriksaan hari ketiga dilakukan di Dusun Selorejo dengan tes urine terhadap 28 responden. Hasilnya menunjukkan 85,7 persen responden memiliki minimal satu parameter abnormal. Temuan berupa proteinuria, glukosuria, nitrituria, dan ketonuria menandakan potensi gangguan ginjal maupun metabolisme tubuh.

Hari terakhir, tim menyasar 35 warga di Dusun Pekingan dengan pemeriksaan fungsi hati, asam urat, dan tekanan darah. Sebanyak 82,8 persen responden mengalami kelainan, termasuk peningkatan signifikan kadar SGOT/SGPT, kadar asam urat hingga 11,2 mg/dL, serta tekanan darah tinggi. Kondisi ini menunjukkan adanya risiko gangguan fungsi hati, hipertensi, hingga gout.

Menurut Andreas, tingginya angka ketidakwajaran hasil pemeriksaan di empat dusun menandakan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan masyarakat, terutama kelompok lansia.

“Melalui deteksi dini, penyakit tidak menular dapat dicegah agar tidak berkembang menjadi lebih serius. Kami berharap warga semakin sadar untuk menjaga pola makan, rutin berolahraga, serta melakukan pemeriksaan berkala,” katanya.

Selain pemeriksaan, tim mahasiswa juga memberikan edukasi tentang interpretasi hasil tes, pentingnya menjaga berat badan ideal, dan pemanfaatan bahan alami untuk menunjang kesehatan.

Antusiasme warga terlihat dari tingginya partisipasi dan banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait pencegahan penyakit maupun pilihan makanan sehat.

Hasil pemeriksaan di Desa Sumbersono secara keseluruhan memperlihatkan sebagian besar masyarakat memiliki potensi risiko kesehatan yang cukup serius, terutama terkait ginjal, metabolisme, dan penyakit tidak menular.

Karena itu, tim pengabdian masyarakat Unusa menekankan pentingnya keberlanjutan program pemeriksaan dan edukasi kesehatan. Kolaborasi antara institusi pendidikan, tenaga kesehatan, dan masyarakat dianggap sebagai solusi nyata dalam membangun komunitas yang lebih sehat dan tangguh menghadapi risiko penyakit kronis.

“Semoga kegiatan ini dapat terus dilanjutkan ke wilayah lain, sehingga semakin banyak masyarakat yang mendapat manfaat dari deteksi dini dan edukasi kesehatan,” ujar Andreas.