Jumat, 30 August 2019 11:48 UTC
JAGUNG: Petani jagung di Blitar, saat memanen hasil jagung yang diserang hama tikus. Foto: Yosibio
JATIMNET.COM, Blitar – Hama tikus menyerang tanaman jagung sebagian petani di Kabupaten Blitar. Seperti di wilayah Garum, petani tak bisa memanen jagung dengan maksimal lantaran hama tikus menyerang tunas jagung jantan sejak berusia dua minggu. Akibatnya, tongkol-tongkol jagung tersebut tidak seberapa bagus, lantaran penyerbukannya tidak maksimal.
Parlan seorang petani setempat mengaku sudah melakukan banyak cara agar produksinya tetap bagus. Selain menyulam alias menanam kembali bibit jagung jantan, ia juga menggunakan racun tikus. Menurutnya, ada banyak tikus yang mati setelah ia memasang racun tersebut.
"Tapi jumlah tikusnya lebih banyak lagi, jadi tunas yang baru juga tetap dimakan," keluh Parlan kepada wartawan di sawahnya, Jumat, 30 Agustus 2019.
BACA JUGA: Bulog Gorontalo Borong Jagung Petani
Lebih dari 10 tahun Parlan dan sebagian besar petani di wilayah Garum, menanam jagung pembenihan. Mereka menjalin kemitraan dengan perusahaan.Teknisnya, para petani ini mendapatkan benih serta uang pemeliharaan dari perusahaan. Sementara semua biaya produksi jagung dikalkulasi saat panen.
Sugiyono petani lain menambahkan, saat ini harga jagung pembenihan sekitar Rp 5 ribu perkilo. Adalah nilai yang cukup bagus untuk harga jual. Namun, karena serangan hama tikus, peluang bagus ini pun kandas.
"Panen tahun ini kalau bisa keluar 5 kwintal saja, sudah lumayan balik modal," katanya.
BACA JUGA: Babi Hutan Resahkan Petani di Ponorogo
Hasil panen normalnya untuk lahan 100 are, bisa menghasilkan sekitar 1 ton jagung. Namun kini hasilnya berkurang lebih dari 50 persen, akibat serangan hama tikus ini.
Menanam jagung benih ini sebenarnya cukup menguntungkan petani. Selain harga yang lebih mahal, para petani tidak perlu repot untuk menjemur jagung. Setelah diambil dari pohonnya, jagung berikut jenggel ditimbang langsung.
"Jadi jualnya saat basah, ini nanti juga langsung dibawa sama pabrik," imbuh Sugiono.
Sugiono dan Parlan adalah petani yang tidak memiliki lahan alias harus sewa. Sehingga biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar ketimbang mereka yang memiliki lahan sendiri.
BACA JUGA: Produksi Jagung di Pamekasan Terganggu Tingginya Curah Hujan
Kondisi ini diperparah dengan serangan hama tikus, yang merajalela saat musim kemarau tahun ini. "Tahun ini kemarau banyak hama tikus menyerang jagung petani. Petani sistem sewa lahan seperti kami, berkurang jauh dari penghasilan tahun kemarin,"pungkas Sugiono sambil mengangkat jagung panenan ke pinggir sawah.