Minggu, 10 February 2019 02:56 UTC
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indro Harianto . Foto: Khoirotul Lathifiyah
JATIMNET.COM, Surabaya – Sebagian masyarakat kadang salah memahami gejala Deman Berdarah Dengue (DBD). Sebab, gejala penyakit ini memang hampir mirip gejala tipes. Akibatnya, masyarakat sering terlambat mengambil tindakan jika keluarganya ada yang terkena DBD.
“Hal mendasar yang perlu diketahui masyarakat adalah, demam tinggi DBD akan terjadi sepanjang hari, sedangkan demam pada penyakit tipes yang biasanya hanya terjadi pada waktu mahgrib hingga subuh,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indro Harianto saat diwawancarai di Rumah Sakit Husada Utama, Sabtu 9 Februari 2019.
Dua jenis demam ini berbeda baik dari segi pola aspeknya dan jarak waktunya. Pada DBD suhu panas bisa mencapai 38-39 derajat celcius dan terjadi sepanjang hari, panasnya pun bisa mencapai 3-4 hari.
BACA JUGA: Angka Penderita DBD di Jatim Mencapai 6.562 Orang
Indro menyampaikan gejala tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan pada anak-anak maupun orang dewasa. Selanjutnya, gejala yang muncul adalah mual, muntah dan pusing, hal ini disebabkan karena asam lambung akan naik saat tubuh demam.
"Pada beberapa kasus bisa menyebabkan diare, tapi jarang," tambahnya.
Adapun gejala yang ketiga, lanjut Indro, lidah terasa pahit, nafsu makan berkurang serta lemas. Hal tersebut disebabkan oleh panas yang mengganggu enzim pada lidah yang membuat lidah terasa pahit, sehingga yang terjangkit DBD tidak nafsu makan.
BACA JUGA: Risma Anggap Tinggi Tiga Kasus DBD di Surabaya
Keempat, ialah nyeri sendi, karena pada beberapa kasus, jelas Indro, ada yang merasa nyeri di bagian sendi. Hal ini dikarenakan demam juga dapat menyebabkan infeksi radang terutama pada bagian sendi.
“Nah, jika sudah mengetahui gejalanya, kita juga bisa memberikan tindakan pertama,” kata Indro.
Menurutnya, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah banyak meminum air putih agar tubuh melakukan rehidarasi. Tindakan ini pun diupayakan agar dapat secara otomatis menurunkan suhu tubuh.
BACA JUGA: Empat Kiat Terhindar DBD
“Karena suhu panas yang dialami pasien DBD menyebabkan tubuh dehidrasi,” jelasnya.
Perlu diingat, ungkap Indro, air yang diminum pun sebaiknya air putih dengan suhu normal bukan air putih dingin maupun hangat. Hal tersebut untuk menghindari perubahan suhu yang mendadak dalam tubuh yang akan membuat kepala menjadi pusing jika meminum hangat maupun dingin.
Lalu, sambung Indro,, bisa meminum obat penurun panas. Ia menyarankan hal ini untuk meringankan gejala yang diderita.
BACA JUGA: Dua Bulan, Penderita DBD di Ponorogo Mencapai 248
"Selanjutnya, yaitu dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Sebab mengonsumsi makanan bergizi juga akan meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan penyakit yang datang," pungkasnya.
Deman dengue atau istilah awalnya Deman Berdarah (DB) menjadi penyakit yang paling diwaspadai pada musim hujan seperti ini. Apalagi mengingat Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah penderita deman berdarah terbanyak.
Jika sudah seperti itu, ungkap Indro, masyarakat harus bisa mengantisipasi adanya penyebaran penyakit DBD sejak dini. Pada prinsipnya untuk mencegah DB kita bagi dua yaitu antisipasi dalam diri sendiri (internal) juga antisipasi lingkungan (external).
BACA JUGA: Musim Hujan, Penderita DBD di Gresik Meningkat
“Keduanya harus sama -sama dilakukan agar maksimal," tambahnya.
Pertama, meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, banyak minum air putih serta menerapkan pola hidup sehat. Tujuannya agar tubuh kebal untuk melawan virus dengue yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
"Karena jika daya tahan tubuh lemah, tubuh tidak bisa melawan saat virus dengue dan terjadilah DB," ujarnya.
BACA JUGA: Dua Warga Kota Surabaya Terjangkit DBD
Kedua memperhatikan kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur) genangan air untuk mencegah nyamuk berkembang biak. Lalu juga dengan melakukan fogging nyamuk.
"Fogging nyamuk sebenarnya hanya membunuh nyamuk yang sudah besar, tapi jentik nyamuk tidak mati karena fogging. Untuk itu dua prinsip antisipasi itu harus benar-benar dilakukan," katanya.
Indro pun mencontohkan salah satu pasiennya, yang terkena DB meskipun sudah melakukan 3M dan fogging nyamuk.
BACA JUGA: DBD Merenggut Nyawa Lima Warga Bojonegoro
"Ada pasien saya yang rajin fogging, pembersihkan lingkungan tapi tetap kena DB, setelah ditelusuri dia tidak menjalankan hidup sehat, pola makan juga sembarangan, sehingga tubuhnya tidak bisa melawan virus," terangnya.
Untuk itu, saya mengimbau agar masyarakat tidak hanya fokus pada satu titik pencegahan. Tapi melakukan dua prinsip diatas agar pencegahan DB berjalan maksimal dan terhindar dari penyakit ini.