Logo

Marak Keracunan Makanan, Unair Kenalkan Prinsip Higiene dan Sanitasi

Reporter:,Editor:

Rabu, 10 December 2025 08:00 UTC

Marak Keracunan Makanan, Unair Kenalkan Prinsip Higiene dan Sanitasi

Tim Pengabdian Masyarakat dari Unair mengedukasi puluhan pelaku UMKM tentang makanan sehat di Surabaya. Foto: Januar.

JATIMNET.COM, Surabaya – Kasus keracunan makanan di Indonesia tercatat cukup tinggi. Penyebabnya, tidak hanya buruknya bahan baku. Namun, juga proses pengolahan yang tidak higienis.

“Kasus keracunan makanan di Indonesia masih tergolong tinggi. Pada 2023 tercatat 1.110 kasus dan pada 2024 turun menjadi 806 kasus. Angka ini menjadi alarm bahwa keamanan pangan harus diperkuat, terutama di sektor UMKM,” ujar Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Fadilatus Sukma Ika Noviarmi, Rabu, 10 Desember 2025.

Ia menyampaikannya dalam sosialisasi higieni dan sanitasi penyelenggaraan makanan bagi puluhan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kegiatan ini berlangsung di Balai Serba Guna RW II Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya.

Dalam pelatihan itu, peserta dikenalkan enam prinsip higiene dan sanitasi makanan. Mulai dari keamanan makanan, pencegahan peredaran produk merugikan, hingga menjaga kualitas mutu.

“Higiene adalah bagaimana kita menjaga kebersihan diri dan peralatan. Sanitasi adalah menjaga kebersihan lingkungan. Ketika keduanya diterapkan bersamaan, risiko penyakit dan keracunan makanan bisa ditekan secara signifikan,” jelas Fadilatus.

BACA: Puluhan Siswa SD di Mejayan Madiun Diduga Keracunan MBG

Ia juga menekankan bahwa makanan dapat menjadi media penularan penyakit apabila tidak dikelola dengan baik.

“Makanan yang terlihat bersih belum tentu aman. Bakteri tidak bisa dilihat mata, sehingga prinsip kebersihan harus menjadi kebiasaan, bukan sekadar formalitas,” tegas dosen Unair dengan keahlian di bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ini

Menurut Fadilatus, kebersihan lingkungan usaha sangat berpengaruh pada kenyamanan konsumen. “Ketika tempat usaha bersih, pelanggan akan merasa aman. Pada akhirnya, hal itu meningkatkan kepercayaan dan loyalitas mereka,” katanya.

Ia menambahkan bahwa penerapan higiene dan sanitasi mampu memberikan nilai tambah bagi usaha kecil. “UMKM yang menerapkan standar kebersihan biasanya memiliki pelanggan setia. Mereka bukan hanya membeli produk, tetapi juga membeli rasa aman,” ujarnya.

Sebelum sosialisasi dimulai, peserta mendapatkan buku cerita bergambar berjudul Upaya Peningkatan Higiene dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan UMKM Menuju SDGs Pangan Sehat Berkelanjutan.

BACA: Diduga Picu Keracunan di Madiun, Menu MBG Diolah SPPG Tanpa Sertifikat

Rina Pramesti, koordinator materi yang juga anggota tim pengabdian bahwa buku tersebut disusun untuk memudahkan peserta memahami standar higiene melalui visual cerita.

“Tidak semua pelaku UMKM terbiasa membaca buku teknis panjang. Karena itu, kami membuat buku cerita bergambar agar materi lebih mudah dipahami dan diterapkan,” ujarnya.

Tim Unair juga menyampaikan empat langkah food safety yang diadaptasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) seperti bersih, pisahkan, masak, dan simpan.

Instruktur lapangan, Ahmad Firdaus menyampaikan bahwa banyak pelaku UMKM belum memahami pentingnya suhu dalam proses pengolahan.

“Memasak dengan suhu yang tepat sangat krusial. Kalau suhunya kurang, bakteri masih bisa bertahan dan menyebabkan penyakit,” katanya.

BACA: Lagi, Dugaan Keracunan MBG Terjadi di SMP dan SMA di Banyuwangi

Ia juga mengingatkan pentingnya memisahkan alat untuk bahan mentah dan matang. “Jangan pakai talenan daging mentah untuk memotong sayuran tanpa dicuci. Itu risiko kontaminasi silang yang sering tak disadari,” ujar Firdaus.

Tim memberikan panduan praktis empat langkah kunci yang dapat langsung diterapkan. Di antaranya mencuci tangan memakai sabun, memakai pakaian kerja bersih dan penutup kepala, mencuci peralatan setelah dipakai, serta memastikan sampah terkelola dengan baik.

Salah satu peserta, Siti Rohmah, pelaku usaha makanan rumahan di Airlangga mengaku mendapat banyak wawasan baru dari kegiatan itu.

“Selama ini saya merasa sudah cukup bersih, tapi ternyata banyak detail yang masih perlu diperbaiki. Setelah ikut sosialisasi ini, saya jadi lebih paham bagaimana menjaga keamanan makanan yang saya jual,” ungkapnya.