Senin, 09 November 2020 11:20 UTC
IPONG; Ipong Muchlissoni menghadiri undangan para pemuda milenial untuk berbicara bagaimana masa depan kesenian ditengah pandemi Covid-19, Senin 9 November 2020. Foto: Gayuh
JATIMNET.COM, Ponorogo – Di tengah pandemi, anak muda atau pemuda milenial sekarang harus lebih kreatif. Terlebih pekerja seni harus mengasah otak. Untuk itu para pekerja seni pun ingin mengetahui ke depan nasib kesenian di Ponorogo seperti apa dan bagaimana.
Para pekerja seni pun mengundang Calon Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni untuk berbicara bagaimana masa depan kesenian di tengah pandemi Covid-19. Pasalnya ditengah hiruk pikuk pesta demokrasi dan pemilihan kepala daerah para pekerja seni justru tidak bisa pentas karena terbentur aturan protokol kesehatan.
Sehingga banyak diantara mereka yang menggantungkan hidup di dunia seni harus putar otak untuk bisa bertahan dengan karya seninya. Seperti yang diutarakan Farida Nur Apriani dimana biasanya sebelum pandemi ia sering kali pentas sebagai penari jathil mengiringi kesenian Reog.
Namun, masa pandemi sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk sekadar berlatih menari jathil. “Kalau bisa nantinya gelaran Reog setiap tanggal 11 bisa ditambah jadwalnya, sehingga satu bulan tidak hanya sekali, tapi bisa dua kali,” kata Farida, Senin 9 November 2020.
BACA JUGA: Untuk Penyemangat Anak Muda, Ipong Ciptakan Lagu
Selain itu ia berharap meski ditengah pandemi sekarang ini, sektor lapangan kerja sebaiknya tetap dibuka bagi para pegiat seni. Misalnya diadakan pentas seni digital atau virtual yang bisa dinikmati banyak orang meski sedang berada di tengah pandemi.
“Reog obyok sendiri sudah dapat perhatian khusus dari Pak Ipong yang tampil tiap tanggal 11 tiap bulan ditiap desa. Semoga Reog tambah jaya dan semoga pemuda-pemuda bisa tergugah menjaga kesenian Ponorogo,” ujar Farida.
Sementara itu, Ipong mengaku senang bisa berdialog dengan para milenial yang berkecimpung didunia seni, khususnya Reog. Ia menyadari jika ditengah pandemi ini tidak hanya para pekerja seni di Ponorogo saja yang terdampak, namun seluruh dunia merasakan dampak dari pandemi Covid-19. “Pelan-pelan kita bangun lagi kesenian sesuai dengan protokol kesehatan,” cakap Ipong.
Ipong menuturkan jika dirinya sebenarnya sudah merintis sebuah cara untuk mensiasatinya, yakni dengan merintis desa digital sebelum dirinya cuti untuk kembali maju sebagai kepala daerah. “Di Ponorogo sudah ada 17 Desa digital yang juga memudahkan warga dalam mengurus berkas kependudukan hanya melalui gadget,” tutur Ipong.
BACA JUGA: New Normal, Reog Kembali Pentas Tidak Untuk Grebeg Suro
Sehingga ia berharap dengan digitalisasi desa tersebut tidak hanya memudahkan warga dalam mengurus dokumen, namun bisa menggali semua potensi yang ada didesa untuk bisa berkembang. Pasalnya jika semua warga melek media sosial maupun elektronik maka pertunjukan seni secara virtual bisa dilakukan dengan mudah.
Selain itu dengan desa digital ini juga bisa dimanfaatkan oleh desa untuk mempromosikan semua potensi desa mulai dari keseniannya, makanan khas, wisata alam dan budayanya. Sehingga semua lapisan masyarakat bisa merasakan kemudahan diera digital, termasuk para pegiat seni.
“Dengan digitalisasi maka potensi setiap desa untuk dikenal lebih mudah bukan hanya orang luar daerah bahkan luar negeri bisa melihat potensi yang dimiliki Ponorogo,” pungkas Ipong.