Minggu, 24 October 2021 09:00 UTC
Muhammad Fauzi sedang menunjukan kura-kura miliknya. Foto: Hozaini
JATIMNET.COM, Situbondo – Pandemi Covid-19 berdampak langsung bagi pelaku seni. Adanya larangan berkerumun menyebabkan pelaku seni sepi tanggapan. Bagaimana seorang seniman di Kabupaten Situbondo mengisi aktivitasnya selama pandemi?
Sore itu, Muhammad Fauzi, (21) tampak sibuk memberi pakan kura-kura di kolam depan rumahnya di Desa Tanjung Glugur, Kecamatan Mangaran, Kabupaten Situbondo. Sesekali, pria yang juga seniman di bawah naungan Dewan Kesenian Daerah itu terlihat memindahkan telur ke dalam kotak plastik.
Rupanya, Fauzi memiliki kesibukan baru. Di tengah sepinya tanggapan selama pandemi, ia memilih berbudidaya kura-kura. Sepetak kolam berukuran 4x5 meter persegi di depan rumahnya dijadikan tempat berbudidaya.
Ia terlihat asyik menekuni profesi barunya tersebut. “Senang aja sih mas budidaya kura-kura. Hitung-hitung juga buat penghasilan karena selama pandemi sepi tanggapan,” ujar seniman angklung tersebut.
Baca Juga: Penyebaran Covid-19 Melandai, Perajin Handicraft Mulai Ekspor Kerajinan
Menurut Fauzi, dirinya biasanya seminggu sekali mengisi acara Panggung Seni Terbuka (PST) di alun-alun Situbondo. Selain itu, Ia juga biasa manggung bersama seniman lainnya saat Car Free Day menghibur warga.
Namun sejak pandemi, pementasan PST dan Car Free Day sudah ditutup. “Selain mengisi di dua acara itu, grup angklung saya juga sering diundang ke acara Ultah maupun hajatan menghibur penonton,” terangnya.
Awal-awal pandemi Covid-19, Fauzi mengaku sempat kelimbungan karena tak punya pekerjaan lain. Ia kemudian mulai belajar tutorial berbudidaya di media sosial dan menjatuhkan pilihannya untuk berbudidaya kura-kura.
“Kebetulan buka-buka medsos, eh ternyata ada yang jual kura-kura di Kabupaten Pasuruan. Karena pandemi, saya pun membelinya melalui online dan sehari sudah sampai di Kabupaten Situbondo,” tuturnya.

Budi daya kura-kura. Foto Hozaini
Dari sinilah, Fauzi mulai menikmati profesi barunya sebagai pembudidaya kura-kura. Selain perawatannya mudah, budidaya kura-kura dinilai menjanjikan karena tidak banyak warga Situbondo yang berbudidaya. Satu indukan kura-kura bisa bertelur 11 sampai 15 butir.
Dalam kurun waktu dua bulan telur kura-kura tersebut sudah menetas sekaligus jadi ladang penghasilannya. “Waktu masih berupa telur sudah ada yang order. Satu anakan kura-kura saya jual Rp. 25.000. Lumayan untuk menyambung hidup,’ ujarnya.
Baca Juga: Vaksin Santri, Wapres KH. Ma'ruf Amin Apresiasi Kerjasama Ponpes Sukorejo dan Pemkab Situbondo
Fauzi, lalu menghitung penghasilan budidaya kura-kura selama dua bulan sekali. Kalau 20 kura-kura rata-rata menetas 10 ekor, maka ada 200 ekor anak kura-kura siap dijual. Jika setiap anak kura-kura dijual seharga Rp. 25.000, maka penghasilannya bisa mencapai Rp. 5 juta, setiap dua bulan sekali.
“Saya pasarkan melalui grup jual beli di media sosial. Banyak yang pesan termasuk anak-anak dan sejumlah sekolah PAUD. Ada juga komunitas reptil yang pesan kura-kura,” ujarnya.
Meski budidaya kura-kura cukup menjanjikan, Fauzi mengaku tetap sulit meninggalkan aktivitasnya sebagai seniman. Baginya, darah seni sudah mendarah daging, karena melalui seni dirinya bisa menghibur sekaligus memberdayakan pemuda di desanya.
“Sekarang tingkat penyebaran Covid-19 sudah mulai melandai. Kalau kegiatan hajatan maupun panggung seni hiburan sudah diperbolehkan, saya akan tetap menjalankan profesi sebagai seniman. Saya ada grup beranggotakan 10 orang yang menggantungkan hidupnya dengan cara melalui menghibur,” pungkasnya.