Selasa, 06 April 2021 23:40 UTC
Subagyo ketika memperlihatkan alat tanam padi di bengkel miliknya. Foto: Gayuh.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Kegigihan Subagyo Edi Sasmito yang kini berusia 48 tahun ditiru oleh para generasi milenial saat ini. Pasalnya, warga Desa Jenangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo ini hanya dengan modal melihat YouTube, ia berhasil menciptakan berbagai macam alat pertanian khususnya alat menanam padi.
Bagyo sapaan akrabnya, merintis usaha pembuatan alat tanam padi memang bukan menjadi sebuah angan-angannya. Berawal dari bangkrutnya usaha toko bangunan yang ia bangun bersama istrinya sejak tahun 2008, kemudian mengalami kebangkrutan pada 2013.
Bagyo pun terus bangkit, dengan mulai melakukan beberapa inovasi, membuat alat tanam padi pada 2015. “Awalnya saya mendapat keluhan dari bapak saya, beliau mengeluh sulitnya mencari jasa buruh tani untuk menanam padi,” kata Bagyo, Senin 5 April 2021.
Dari keluhan bapaknya tersebut ia kemudian berkeinginan untuk membuat sebuah usaha yang bisa berguna untuk banyak orang. Kemudian tercetuslah keinginan untuk merancang sendiri alat tanam padi buatannya sendiri. Hanya dengan bermodal melihat semua desain alat tanam padi yang ada di Internet dan youtube, ia kemudian merancang sendiri desainnya.
Baca Juga: Sensasi Kenikmatan Kopi Ponorogo di Tengah Sawah Dibayar Gabah
“Saat mulai usaha ini untuk menggunakan mesin las saja saya tidak bisa, hanya saja saya mempunyai basic mekanik untuk mesin berat dan pertambangan minyak,” ungkap Bagyo.
Bapak tiga anak ini kemudian mulai mencari-cari referensi dari para petani yang sudah menggunakan alat tanam padi versi pabrikan. Ia pun mendengarkan keluhan para petani terkait kendala menggunakan alat tanam padi versi pabrikan, yakni berat dan alatnya tidak bisa dibawa dengan mudah untuk lokasi sawah yang berada di tengah persawahan.
Dari pengamatan yang ia lakukan, kemudian ia mulai belajar untuk mengelas dan mendesain alat buatannya sendiri. Bahkan semua bahan yang ia gunakan adalah bahan yang paling mudah ia temukan disekitar Ponorogo. Ia tidak mau membuat alat yang nantinya akan menyusahkan penggunanya ketika akan melakukan penggantian sparepart.
“Alat tanam padi yang saya beri merk Badol ini kalau rusak tukang las biasa pun pasti bisa mengakalinya, atau bisa langsung pesan sparepart ke saya,” ujar Bagyo.
Baca Juga: Berawal Iseng, Warga Ponorogo Ini Maraup Untuk di Tengah Pandemi dari Truk Oling
Sejak 2015 hingga saat ini sudah lebih dari 200 alat tanam padi baik menggunakan mesin maupun manual yang telah ia jual kepada petani. Ia menjual alat tanam padi yang menggunakan mesin dengan harga Rp 10 juta, sedangkan alat yang masih manual ia jual dengan harga Rp 4 juta. Kedua jenis alat tersebut sudah menganut sistem tanam empat lajur.
Sedangkan untuk jarak tanam, alat tanam padi buatannya bisa dipesan sesuai dengan keinginan para petani. Hanya saja jarak tanam tidak bisa dirubah-rubah ketika alat sudah jadi, sehingga harus disesuaikan dengan keinginan pemesan.
Sedangkan untuk penyemaian benih ia menyarankan kepada petani untuk menggunakan sistem “dapok” ketika menggunakan alatnya, karena sistem ini lebih efisien dan cepat.
Baca Juga: Di Balik Cerita Transportasi Dokar yang Mulai Ditinggalkan
“Namun kapasitas produksi saya terbatas, karena hanya handmade dan empat pekerja, satu bulan hanya bisa membuat delapan buah untuk manual, kalo bermesin hanya mampu empat buah,” imbuh Bagyo.
Bagyo juga terus berinovasi ketika mengembangkan alat tanam padi buatannya. Ia terus mendengarkan keluhan para petani yang menggunakan alatnya untuk bisa diperbaiki agar kedepannya bisa lebih mudah digunakan untuk petani. Bahkan hingga saat ini ia sudah berganti belasan model alat untuk terus dilakukan penyempurnaan.
“Selain alat tanam padi saya membuat alat untuk ‘matun’ yang saat sudah terjual lebih dari 800 buah. Saya jual dengan harga Rp 400 ribu, untuk alatnya saja, sedangkan mesin petani bisa membelinya sendiri,” tutur Bagyo.
