Logo

Angka Kemiskinan di Lamongan Turun, Hampir 3 Ribu Jiwa Tak Lagi Miskin

Reporter:,Editor:

Rabu, 24 July 2024 08:00 UTC

Angka Kemiskinan di Lamongan Turun, Hampir 3 Ribu Jiwa Tak Lagi Miskin

Kepala BPS Lamongan Bagyo Trilaksono saat pemaparan profil kemiskinan Maret 2024 di Guest House Lamongan, Rabu, 24 Juli 2024. Foto: Zuditya Saputra

JATIMNET.COM, Lamongan – Angka kemiskinan Kabupaten Lamongan Maret 2024 mengalami penurunan menjadi 12,16 persen. Angka tersebut turun sebesar 0,26 persen dibandingkan Maret 2023 sebesar 12,42 persen.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lamongan Bagyo Trilaksono di Guest House Lamongan, Rabu, 24 Juli 2024, dalam paparan Profil Kemiskinan Maret 2024 Kabupaten Lamongan. 

Bagyo menambahkan garis kemiskinan di Kabupaten Lamongan pada Maret 2024 sebesar Rp524.636 per kapita per bulan. Angka ini mengalami peningkatan sebesar Rp42.667 per kapita per bulan atau naik sebesar 8,85 persen bila dibandingkan Maret 2023 yang sebesar Rp481.969.

Dengan kata lain, jumlah penduduk miskin dengan pengeluaran dibawah Rp524.636 per bulan pada bulan Maret 2024 mencapai 146,98 ribu jiwa. Jumlah ini berkurang sebesar 2,96 ribu jiwa dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 149,94 ribu jiwa.

BACA: Dugaan Pelanggaran Bansos, Satgasus Polri dan Irjen Kemensos Datangi Dinsos Lamongan

“Kita jangan hanya melihat penurunanya karena mempertahankan masyarakat yang berada di garis atas atau istilahnya rentan miskin agar tidak berada di garis kemiskinan itu juga merupakan sebuah capaian karena memerlukan effort (usaha) yang besar” ucapnya. 

Selain itu, kata Bagyo, kemiskinan terjadi karena kondisi pertanian di triwulan pertama kurang bagus akibat cuaca. Sehingga, produksi padi mengalami penurunan dan berimbas pada naiknya harga beras. Hal itu, tentunya juga berdampak pada penduduk kelompok bawah.

Garis kemiskinan terdiri dari pengeluaran makanan dan nonmakanan. Berdasarkan data survei BPS Lamongan, pengeluaran penduduk miskin sekitar 63 persen pengeluaran rumah tangga berupa makanan dan 37 persen lainnya berasal dari faktor nonmakanan.

Konsumsi pengeluaran bersumber pada tiga kategori antara lain pengeluaran dari produk sendiri (beban belanja berasal dari kebun, sawah, dan lainnya untuk dikonsumsi sehari-hari; pengeluaran dari pembelian; dan berasal dari transfer (bantuan pemerintah, swasta, dan lainnya). 

BACA: Update Penerima Bansos, Masyarakat Dilibatkan Lakukan Pendataan

Sementara itu, untuk pengentasan angka kemiskinan tersebut, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi berkomitmen memasifkan pencukupan kebutuhan pokok masyarakat, mulai dari penyaluran bantuan pangan hingga menggalakan penanaman tanaman obat keluarga (toga). 

“Kita fokusnya nanti pada makanan tadi, kita gerakkan pertanian maksudnya tanaman keluarga dan lainnya. Ketahanan pangan kita juga memberikan stimulan yang sekiranya bisa memantik tanaman keluarga bisa semarak menjadi bagian besar penurunan kemiskinan,” ujar Pak Yes, sapaan akrab Yuhronur. 

Tidak hanya itu, Pak Yes optimis mencapai target satu digit angka kemiskinan tahun 2025. Komitmen ini dibuktikan melalui 11 program prioritas di antaranya Lamongan Sehat, Pendidikan Berkualitas dan Gratis bagi Masyarakat Kurang Sejahtera (Perintis), Lumbung Pangan Lamongan, Yakin Semua Sejahtera (YES), hingga lainnya yang turut berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan.