Logo
Menelusuri Jejak Kolonial di Probolinggo

Wisatawan Asing Terpikat Pesona Heritage Kota Pelabuhan

Reporter:,Editor:

Rabu, 29 October 2025 00:00 UTC

Wisatawan Asing Terpikat Pesona Heritage Kota Pelabuhan

Wisatawan mancanegara dan lokal berkunjung ke Kelenteng Tri Dharma Sumber Naga, Kota Probolinggo, Selasa, 28 Oktober 2025. Foto: Zulafif

JATIMNET.COM, Probolinggo – Suasana Kota Probolinggo, Jawa Timur, tampak lebih hidup dari biasanya pada Selasa, 28 Oktober 2025. Puluhan wisatawan mancanegara terlihat antusias menelusuri sejumlah bangunan bersejarah dalam kegiatan tur bertajuk Journey Through Probolinggo Heritage.

Rombongan tersebut merupakan penumpang kapal pesiar yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Tembaga. Mereka menghabiskan sehari penuh menjelajahi kekayaan budaya dan peninggalan sejarah kota pelabuhan yang dikenal harmonis dan multikultural ini.

Perjalanan dimulai dari SDK Mater Dei di Jalan Suroyo, sebuah sekolah tua bergaya kolonial yang masih berdiri kokoh hingga kini. Para wisatawan disambut meriah dengan alunan musik angklung yang dimainkan oleh para siswa.

BACA: Eksotisme Stasiun Mrawan di Jalur Gumitir

“Sekolah kami memang sering menjadi tujuan kunjungan turis asing karena nilai sejarahnya,” ujar Yuliana Widyastuti, Kepala SDK Mater Dei. “Kali ini anak-anak tidak hanya menampilkan musik angklung, tapi juga mengajak wisatawan untuk ikut memainkannya.”

Dari sekolah tua itu, rombongan bergerak menuju Gereja Merah atau GPIB Jemaat Immanuel Probolinggo, yang berdiri sejak tahun 1862. Bangunan megah bercat merah bata ini menjadi ikon wisata religi dan peninggalan arsitektur kolonial yang masih terawat baik.

Seorang jemaat gereja, Feni, memperlihatkan sejumlah peninggalan bersejarah seperti Alkitab berbahasa Belanda dan perlengkapan perjamuan suci dari abad ke-19. “Semua masih asli dan tetap digunakan untuk ibadah hingga sekarang,” ujarnya sambil tersenyum.

BACA: Viral Gaji Rp58.500 per Hari, Disnaker Probolinggo Sidak Perusahaan Pengolahan Kayu

Destinasi berikutnya adalah Museum Probolinggo, yang juga terletak di kawasan Jalan Suroyo. Di sini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) berkolaborasi dengan Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan (DKUP) menampilkan pameran sejarah kota sekaligus memperkenalkan batik khas produksi UMKM lokal.

“Kami ingin menunjukkan sisi lain Probolinggo, bukan hanya sejarahnya, tapi juga kreativitas masyarakatnya,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Ptobolinggo Sardi.

Wisatawan mancanegara dan lokal saat berkunjung ke Museum Probolinggo, Selasa, 28 Oktober 2025. Foto: Zulafif

Perjalanan berakhir di Kelenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo, salah satu tempat ibadah tertua di kota ini. Arsitektur megah berpadu warna-warni ornamen khas Tionghoa menghadirkan nuansa spiritual yang menenangkan. Di lokasi ini, wisatawan disuguhi kisah harmoni antaretnis yang telah terjalin sejak lama.

Menurut Bram, pemandu rombongan, keberagaman inilah yang menjadi daya tarik utama Probolinggo. “Dalam satu kota, kita bisa menemukan budaya Hindu dari Bromo, komunitas Muslim di pesisir, hingga masyarakat Katolik, Kristen, dan Tionghoa di pusat kota. Semua hidup berdampingan dengan damai, itu yang membuat Probolinggo istimewa,” ujarnya.

BACA: Hari Pahlawan, Empat Destinasi Wisata Sejarah di Surabaya Ini Layak Dikunjungi

Bram menambahkan, keberlanjutan pariwisata di Kota Probolinggo akan semakin kuat jika masyarakat lokal turut berperan aktif melalui konsep community-based tourism. “Ketika warga merasa memiliki destinasi wisatanya, mereka akan ikut menjaga dan mengembangkannya,” katanya.

Kunjungan wisatawan kapal pesiar ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat citra Probolinggo sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya yang berkelanjutan, sekaligus memperkenalkan keramahan masyarakatnya kepada dunia.