Jumat, 20 November 2020 06:20 UTC
Ilustrasi Wisata Kebun Benih Holtikultura Sarangsari. Foto: Kominfo Pemprov Jatim
JATIMNET.COM, Surabaya - DPRD Jawa Timur melihat Kebun Benih Holtikultura Sarangsari, Magetan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata alam. Sekarang tinggal mencarikan investor untuk menambahi fasilitas yang diperlukan.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur, Yohanes Ristu Nugroho mengatakan, banyak aset milik Pemprov Jatim seperti Kebun Benih Holtikultura Sarangsari punya potensi menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih besar.
Hanya saja, tidak akan untung banyak jika mindset pembiayaan dan pengelolaan birokrasi. “Lebih baik kerjasama swasta. Bisa ada nilai sewa dan bagi hasil," ujar Ristu, Jumat 20 November 2020.
Terpisah Anggota Komisi C DPRD Jatim, Agus Dono Wibawanto menambahkan, untuk menggandeng swasta itu diperlukan aturan legal. Ia mengusulkan Pemprov Jatim membuat minimal peraturan gubernur (Pergub) agar dapat mengundang investor menanamkan modalnya di Kebun Benih Holtikultura Sarangsari.
BACA JUGA: Kawasan Tahura Lempung Diresmikan Jadi Tempat Pelestarian Alam, Tumbuhan dan Ternak
"Harus ada aturan seperti pergub untuk mengundang pihak ketiga. Toh, pihak ketiga tidak menguasai. Tapi memanfaatkan agar PAD maksimal," kata dia.
Namun, Agus yang juga politikus Partai Demokrat itu mengingatkan sebelum kerjasama dengan pihak ketiga, semua sertifikasi aset harus rampung. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) disarankan menganggarkan dana untuk itu.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo menyebutkan, Kebun Benih Holtikultura Sarangsari memiliki total luas 11,6 hektar. Baru 2 hektar yang dimanfaatkan untuk budidaya kentang. Sisanya, 9,6 hektar berpotensi untuk meningkatkan PAD.
Hadi sebenarnya sudah mengkalkulasi investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan Kebun Benih Holtikultura Sarangsari disektor wisata. Hitungan sementara dibutuhkan sekitar Rp 6,850 miliar.
Dana itu, kata dia, untuk tambahan fasilitas bangunan wahana wisata dan area permainan dengan mempertimbangkan kerentanan bahaya dan bencana alam.
"Nantinya investor membayar kontribusi Rp 73 juta atau 3,33 persen dari nilai aset. Dan bagi hasil 26 persen ke UPT Pengembangan Benih Holtikultura," kata Hadi.
