Sabtu, 24 August 2019 06:06 UTC
Ilustrasi oleh Chepy Canggih
JATIMNET.COM, Surabaya – Malaria tak akan bisa dihilangkan dalam waktu dekat, meskipun hal itu bukan hal yang mustahil dan akan menyelamatkan jutaan nyawa, menurut ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam catatan tiga tahunan.
Ulasan ini dibuat di tahun 2016 dengan tujuan menginvestigasi bagaimana pembasmian bisa dicapai. Ulasan menemukan jika tidak ada kendala lingkungan atau biologis untuk membasmi, sehingga pembangunan global di masa depan akan berjalan dengan kasus malaria yang jauh lebih sedikit.
“Namun, meskipun dengan skenario dan proyeksi kami yang paling optimis, kami menghadapi fakta yang tak bisa dihindari. Menggunakan alat yang ada saat ini, kami masih memiliki 11 juta kasus malaria di Afrika di tahun 2050,” kata ulasan itu.
“Dalam keadaan ini, ini sangat tak mungkin untuk menetapkan target pembasmian malaria, atau pun menyusun rencana operasional untuk pembasmian malaria atau untuk memberikan label harga atas nya,”kata Dr Pedro Alonso, direktur program malaria secara Global dari WHO.
BACA JUGA: Berikut Enam Tanaman untuk Melawan Nyamuk
Resistensi obat terhadap malaria telah membuat upaya semakin sulit, meskipun tanpa resistensi, pestisida, kelambu di tempat tidur, dan vaksin, hanya memiliki efektifitas mencapai 40 persen membunuh malaria, kata Alonso. “Campak memiiki vaksin yang sangat aman dan efektif, begitu juga polio, yang bisa mendekati hampir punah,”.
“Kami akan selalu kekurangan untuk mencapai pemusnahan karena alat kami tak sempurna, mereka juga telah mengizinkan kami membuat perubahan besar selama 15 tahun terakhir, meskipun jauh dari bentuk yang sempurna,”.
Namun, WHO tetap berkomitmen atas “hilangnya setiap parasit malaria dari planet ini,” sejak organisasi PBB itu diluncurkan pada 1948, kata Alonso.
Namun, dalam ulasan tersebut, para ahli telah mengingatkan jika tak boleh ada pengulangan dari bencana masa lalu. Program pembasmian malaria pertama dari WHO berlangsung antara 1955 hingga 1969, mampu membasmi penyakit ini dari sejumlah negara, namun tidak diterapkan di Sub-Sahara Afrika, wilayah terburuk yang terpapar malaria.
BACA JUGA: Parasit Malaria Kebal Obat Ditemukan di Asia Tenggara
“Kegagalan dalam pembasmian menyebabkan pada semacam kekalahan, pengabaian upaya kontrol malaria dan terbengkalainya penelitian menggunakan pendekatan dan alat baru,” kata ulasan itu. “Malaria datang lagi dengan balas dendam, jutaan meninggal. Dibutuhkan waktu lama bagi dunia untuk siap melawan kembali malaria,”.
Di tahun 2007, dukungan dari yayasan Bill dan Melinda Gates membawa kepada distribusi jutaaan insektisida, obat baru, dan vaksin. Alonso mengatakan, meskipun alat ini secara substansial mampu mengurangi jumlah kasus malaria dan kematian, namun tidak cukup untuk membasmi penyakit yang sering membunuh anak kecil dan perempuan hamil.
