Logo

Parasit Malaria Kebal Obat Ditemukan di Asia Tenggara

Reporter:

Rabu, 24 July 2019 06:17 UTC

Parasit Malaria Kebal Obat Ditemukan di Asia Tenggara

Ilustrasi oleh Chepy Canggih

JATIMNET.COM, Surabaya – Parasit malaria yang resisten atau kebal terhadap obat kunci telah ditemukan tersebar di wilayah Asia Tenggara, kata peneliti dari Inggris dan Thailand.

Parasit jenis ini menyebar dari Kamboja ke Laos, Thailand dan Vietnam, di mana setengah pasien bisa disembuhkan tidak dengan obat pilihan pertama.

Namun, para ahli mengatakan jika implikasinya tidak separah seperti yang terpikir.

Kasus pertama ditemukan tahun 2013, di mana parasit bermutasi dan mengembangkan resistensi terhadap dua obat utama malaria, di bagian barat wilayah Asia Tenggara.

BACA JUGA: Mengenal Malaria yang Paling Mematikan, Plasmodium falciparum

Malaria seringkali diatasi dengan kombinasi dua obat, artemisinin dan piperaquine. Obat combo ini diperkenalkan di Kamboja tahun 2008.

Penelitian terakhir yang diterbitkan Penyakit Infeksi Menular Lancet, menganalisis sampel darah dari pasien di sepanjang Asia Tenggara.

Hasilnya, parasit dalam DNA yang menunjukkan resistensi telah tersebar di Kamboja dan juga Laos, Thailand dan Vietnam.

Sampel juga menunjukkan sejumlah mutasi lanjutan, yang membuat kasus semakin pelik.

BACA JUGA: Virus Malaria Asal Afrika Selatan Ditemukan di Kupang

Di sejumlah wilayah, 80 persen parasit malaria telah resisten terhadap obat.

“Jenis ini telah menyebar dan menjadi lebih buruk”, kata Dr Roberto Amato, dari Institut Wellcome Sanger, kepada Bbc, dikutip dari Bbc.com, pada Rabu 24 Juli 2019.

Namun, ada obat alternatif lainnya.

“Dengan menyebarnya resitensi infeksi, temuan kami menghasilkan pentingnya untuk mengadopsi pengobatan alternatif di garis pertama,” kata prof Tran Tinh Hien, dari Unit Penelitian Universitas Oxford di Vietnam.

BACA JUGA: Resisten pada Pestisida, Jamur Ini Membasmi 99% Nyamuk Malaria 

Hal itu termasuk menggunakan obat pendamping artemisinin atau menggunakan kombinasi dari tiga obat untuk mengatasi resistensi.

Banyak upaya dan perkembangan untuk mengatasi malaria. Namun, perkembangan resistensi atas obat mengancam perkembangan itu.

Isu lain, jika resistensi menyebar dan mencapai Afrika, tempat di mana ditemukan sembilan kasus di 10 area.

“Suksesnya parasit untuk menyebar dan menginvasi daerah baru memunculkan kekhawatiran jika ini bisa menyebar ke Afrika, di mana sebagian besar kasus malaria muncul, seperti resisten terhadap chloroquine di tahun 1980, berkontribusi pada jutaan kematian,” kata Prof Olivio Miotto, dari Institut Wellcome Sanget dan Universitas Oxford.

BACA JUGA: Dinkes Biak Tekan API Malaria Hingga 2,8 Persen

Temuan ini tidak akan membawa banyak perubahan pada kehidupan sehari-hari di sub  wilayah Sungai Mekong, di Asia Tenggara.

Mengatasi malaria adalah tentang mengambil perawatan dengan benar setelah infeksi.

Namun, penelitian mengatakan obat yang diberikan setelah infeksi harus berubah.

Penelitian juga menunjukan analisa genetika dari parasit malaria bisa membantu dokter untuk maju selangkah memerangi resistensi obat dan memberikan resep yang tepat pada pasien.

BACA JUGA: Nyamuk Lebih Suka Menggigit Orang Dewasa

Ada 219 juta kasus malaria di seluruh dunia setiap tahun.

Gejalanya meliputi rasa demam dan menggigil setelah panas tinggi dan berkeringat.

Tanpa perawatan, parasit bisa mengakibatkan masalah pernafasan dan kegagalan organ.

Penyakit ini membunuh sekitar 435 ribu orang per tahun, sebagian besar anak-anak di usia lima tahun.