Rabu, 20 November 2019 06:18 UTC
Tangkapan layar aplikasi KDAI di Google Play Store.
JATIMNET.COM, Surabaya – Orang tua kadang khawatir anak-anak mereka mengalami kecanduan internet yang parah sehingga berdampak pada kehidupan mereka.
Anak-anak dan remaja disebut-sebut memang lebih rentan mengalami kecanduan internet atau dikenal istilah adiksi internet (AI), mengingat remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan bagian otak pengendali perilaku masih dalam proses berkembang.
Untuk mencegah perilaku AI yang semakin parah, yang bahkan bisa merusak otak anak untuk berkembang, sudah saatnya para orang tua mencari tahu seberapa jauh tingkat kecanduan internet pada anak. Masuk kategori parah atau tidak? Lalu, apa tindakan yang bisa dilakukan?.
Sebuah inovasi dibuat dr. Kristiana Siste, Sp.KJ(K) untuk menyelesaikan gelar doktornya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI). Ia membuat aplikasi Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) yang sudah bisa diakses publik di Play Store.
BACA JUGA: Cina Resmi Sediakan Layanan 5G di 50 Kota
Alat ukur dalam bentuk kuesioner ini nantinya akan menunjukkan angka ada tidaknya AI pada anak, dan seberapa jauh tingkat adiksi internet pada anak.
"KDAI bisa diunduh di Google Play Store, nanti ada keterangannya apakah dia adiksi atau tidak adiksi. Kemudian nanti ada keterangannya, apa yang harus dilakukan setelah adiksi, dan sebelum adiksi untuk pencegahannya," ujar dr. Siste di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Selasa 19 November 2019.
Menurut dr. Siste, ketika anak tampak sudah mulai menggunakan internet atau handphone selama 4 jam sehari jika dikumulatifkan, maka itulah saatnya orangtua harus mengecek tingkat AI anak. Belum lagi jika anak menunjukkan gejala lain, seperti malas sekolah, hingga tidak ingin keluar rumah.
"Empat jam bermain gadget tanpa henti, ketika sudah ada penurunan prestasi sekolah, nggak mau keluar rumah dan memilih selalu di dalam rumah, diajak keluar rumah susah, itu sudah harus mulai dicek," paparnya.
BACA JUGA: Twitter akan larang Iklan Politik di Seluruh Dunia
Nanti setelah kuesioner diisi, ada hasil berupa angka. Jika angka berjumlah lebih dari 107, maka itu tanda anak mengalami adiksi atau kecanduan. Artinya, beberapa tindakan harus mulai dilakukan seperti tenaga ahli medis psikolog, hingga pengobatan dan bentuk konsumsi obat.
Seperti diketahui, aplikasi setipe ini sebenarnya sudah pernah dibuat di luar Indonesia. Tapi, tidak ada yang secara spesifik diciptakan untuk anak dan remaja Indonesia, dengan pendekatan yang dianggap bisa mewakili, seperti pendekatan dari sisi budaya, demografi, hingga perilaku masyarakat Indonesia yang tercermin dari Jakarta.
"Saya pakai 2 kuesioner yang berbeda. Yang benar yang ini (KDAI), valid ini, karena benar-benar murni untuk remaja Indonesia. Kalau yang satu lagi benar-benar remaja dari luar (negeri), jadi nggak sesuai dengan remaja Indonesia," ungkapnya.
BACA JUGA: Kemenkominfo Blokir 980 Ribu Situs Negatif
Adapun alasan dr. Siste membuat ini, karena fenomena adiksi internet yang mulai marak. Bahkan beberapa rumah sakit jiwa sudah banyak menerima anak dengan kategori kecanduan internet yang parah.
Bahayanya, jika sudah parah, anak sama sekali tidak bisa berhenti dan mengendalikan diri. Mirisnya, anak itu bisa jadi tidak sadar bahwa ia sedang dalam masalah.
"Karena adiksi internet sudah mulai marak di sini (di Indonesia), tapi kita nggak tau seberapa parahnya di Indonesia, dan bagaimana men-skrining, karena kalau sudah sakit kita susah mengobati," tutupnya.
Sumber: Suara.com