Kamis, 11 September 2025 03:00 UTC

Komisioner KPID Jatim Aan Haryono (kiri, batik coklat). Foto: KPID Jatim .
JATIMNET.COM, Surabaya — Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur (KPID Jatim) Aan Haryono menyatakan bahwa ruang baru bagi radio semakin terbuka di tengah derasnya arus digital.
Hanya saja, perubahan pola konsumsi media radio yang tengah berlangsung harus dihadapi dengan kemauan dan kemampuan beradaptasi.
Untuk itu, transformasi menjadi suatu keniscayaan agar radio tetap relevan dan mampu bersaing di tengah ketatnya persaingan media digital.
“Radio bukan lagi sekadar mendengarkan siaran melalui perangkat konvensional. Kini, pendengar menuntut akses yang fleksibel, bisa melalui gawai, media sosial, hingga platform podcast,”ujar Aan, Kamis, 10 September 2025.
“Tantangannya adalah bagaimana radio mampu menghadirkan konten yang dekat dengan publik dan tidak terjebak pada pola lama,” lanjutnya.
BACA: Sumardi Tekankan Pentingnya Peran Guru di Tengah Tantangan Digitalisasi
Aan menegaskan, kekuatan terbesar radio ada pada ikatan emosional dengan pendengar. Di sejumlah daerah, radio bahkan masih menjadi ruang interaksi hangat, menyajikan informasi lokal yang kerap absen di media arus utama.
“Justru di era serba digital, konten lokal inilah yang bisa menjadi keunggulan kompetitif radio. Pendengar ingin mendengar cerita, musik, dan informasi yang dekat dengan kehidupannya,” tambahnya.
Meski demikian, Aan mengingatkan agar radio tidak terjebak pada romantisme masa lalu. Perubahan model bisnis perlu dilakukan. Tidak sekadar mengandalkan iklan konvensional, namun menjadi kolaborasi yang lebih luas dengan ekosistem digital.
Radio, lanjutnya, harus mampu bersinergi dengan media daring, menghadirkan siaran lintas platform, hingga mengembangkan kanal visual.
BACA: Di Era Digital, Wamenkeu: Pentingnya Digitalisasi Bagi Pengembangan UMKM
KPID Jatim mencatat, sudah ada sejumlah radio lokal yang mulai menyiarkan ulang program dalam format podcast maupun menjajal platform video pendek.
“Ini peluang besar. Dengan cara itu, radio tidak lagi dipandang sebagai media lama, tetapi justru menjadi bagian dari ekosistem digital yang tumbuh,” tutur Aan.
Ke depan, ia menilai keberadaan radio akan semakin vital, terutama dalam meredam arus disinformasi di media sosial.
“Kalau radio mampu membangun kepercayaan, menghadirkan informasi yang akurat sekaligus humanis, ia akan selalu punya tempat di hati masyarakat,” ungkapnya.
Aan menekankan pentingnya keberanian pelaku industri radio untuk keluar dari zona nyaman. “Tantangan ini bukan akhir, melainkan pintu menuju peluang baru. Radio bisa menjadi media yang lebih dekat, lebih personal, dan lebih relevan dari sebelumnya,” pungkasnya.
