Reporter
Ahmad SuudiSelasa, 27 April 2021 - 11:40
JATIMNET.COM, Banyuwangi – KRI Nanggala dan KRI Tjakra tercatat menjadi nama dua kapal selam pertama yang dimiliki Angkatan Laut Republik Indonesia (Alri, sekarang TNI AL). Laporan Tradisi TNI Angkatan Laut yang diterbitkan Dinas Perawatan Personel TNI AL tahun 2020 mencatat keduanya sebagai sejarah terbentuknya satuan kapal selam atau Hiu Kencana di lingkungan TNI Angkatan Laut.
Tanggal 12 September 1959 menjadi hari penyerahan secara resmi dua kapal kelas Whiskey itu dari Uni Soviet (sebelum pecah jadi Rusia) sebagai penyedia dan Indonesia sebagai pemesan. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai hari lahir Korps Hiu Kencana setiap tahun. Setelahnya, datang sepuluh kapal selam yang sama sesuai kerjasama yang diteken dengan Uni Soviet saat itu.
Kapal kelas Whiskey atau W memiliki bobot 1.030 ton di permukaan dan berubah menjadi 1.180 ton saat menyelam. Jenis kapal yang mampu beroperasi pada radius 13.000 hingga 16.500 mil ini dipersenjatai dua pucuk meriam kaliber 57 milimeter dan 2 pucuk meriam AA kaliber 25 milimeter. Senjata utamanya adalah enam tabung peluncur torpedo 21 inci dan mampu memuat 14 torpedo. Dia juga mampu membawa 40 ranjau laut.
BACA JUGA: Tragedi KRI Nanggala (1): Kisah Sepatu Baru Pemberian Sang Ayah
Dua belas kapal RI jenis Whiskey itu disebut berperan dalam pengusiran tentara Belanda di Papua Barat tahun 1962 dalam operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Namun selanjutnya peralihan kepemimpinan negara dari Orde Lama ke Orde Baru membuat kemampuan Alri dalam merawat dan membeli suku cadang kapal selam kelas W berkurang. Pada tahun 1972, KRI Tjakra dan KRI Nanggala generasi pertama tidak lagi digunakan.
Selanjutnya tahun 1981, Kementerian Pertahanan RI membeli dua unit kapal selam tipe 209/1300 dari Jerman yang kembali diberi nama KRI Nanggala bernomor lambung 402 dan KRI Cakra 401. Dalam kondisi krisis keuangan tahun era reformasi, tepatnya tahun 2004, secara bergantian kedua KRI disertakan dalam overhaul atau perbaikan menyeluruh. KRI Nanggala mendapatkan fokus menambah Sensor Weapon and Command (Sewaco) dan meningkatkan kendali senjata (fire control system) menjadi Combat Management System (CMS) yang lebih modern.
BACA JUGA: Tragedi KRI Nanggala (3): Tak Hanya Tabah, tapi Berjuang hingga Akhir
KRI Nanggala-402 tenggelam pada Rabu 21 April 2021, saat latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali. Sebanyak 53 awak di dalamnya dinyatakan gugur. Badan kapal ditemukan pecah menjadi tiga bagian di kedalamam 838 meter, Minggu, 25 April 2021.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan ucapan terimakasih pada pihak-pihak di dalam negeri maupun luar negeri yang turut serta dalam operasi pencarian KRI Nanggala-402. Dengan bukti autentik berupa visual kondisi kapal yang pecah menjadi tiga bagian, dia menyatakan bahwa 53 personel Hiu Kencana tersebut dipastikan gugur.
"Selaku Panglima TNI saya sampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya, kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur. Semoga Tuhan Yang Maha Besar memberikan keikhlasan, kesabaran, dan ketabahan. Rasa duka cita juga kami tujukan pada keluarga besar Hiu Kencana pada khususnya, juga pada TNI AL pada umumnya," kata Hadi.